close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Sunday, 15 March 2015

Melawan Kesombongan



Setiap karyawan, apalagi yang baru, biasanya hersikap tunduk, patuh, ramah, bahkan ada yang suka menjilat atasan guna melanggengkan pekerjaan yang susah payah diperolehnya. Tidak demikian dengan Hamdan, lulusan pesantren itu berkomitmen bahwa pekerjaan juga bagian dari dakwah menegakkan kebenaran. Dia tidak takut kehilangan pekerjaan, sebab hilang pekerjaan bukan berarti hilang rezeki. Allah sudah menjamin rezeki hambanya.


Di sisi lain, kehadiran Hamdan membuat Mr. Kribo panas dingin. Melihat Hamdan dari kejauhan saja, Mr. Kribo buru-buru mengurung diri di dalam ruangannya. Selaku pemilik perusahaan, dia sudah menyuruh direkturnya untuk memecat si karyawan baru. Namun, perintahnya terpaksa dibatalkan, sebab si direktur melaporkan bahwa kinerja Hamdan sangat bagus dan untuk mencari pengganti yang setara dengan kemampuannya sangatlah susah. Memecatnya akan mengancam keselamatan perusahaan yang sedang dibelit utang miliaran rupiah.


Mr. Kribo mati kutu. “Bagaimana bisa nasib perusahaanku malah bergantung pada orang yang kubenci,” keluhnya. Anehnya, dia tidak mengeluh tentang perangai istrinya yang doyan foya-foya menghabiskan uang perusahaan miliaran rupiah seperti membuang garam ke laut.


Persoalannya bermula dari sikap Mr. Kribo yang tinggi hati, sombong, dan gemar merendahkan orang lain. Dia tahu betapa susah mencari pekerjaan zaman sekarang. Bahkan dia sering sesumbar, “Satu orang dipecat, seratus orang akan datang melamar kerja ke sini!” Dengan keyakinan itu, dia menggaji karyawan dengan rendah dan tidak memberikan hak-hak karyawan, seperti asuransi dan jaminan kesehatan. Dia berpikir tenaga karyawan dapat diperah sesukanya. Apabila karyawannya sakit hingga butuh biaya perawatan yang besar, bukannya membantu, Mr. Kribo malah berkata, “Di perusahaan ini kalian tidak boleh sakit, tapi boleh mati. Kalau sakit hanya merepotkan saja.”


Tidak puas hanya menyakiti secara lahiriah, Mr. Kribo juga menyiksa batin karyawannya. Sebagai wujud sikap hormat kepada atasan, atau mungkin juga rasa takut dipecat, para karyawan selalu menyapa dan bersikap ramah tiap berpapasan dengan Mr. Kribo. Namun, dasar Mr.Kribo, tiap kali karyawan menyapa dia malah diam saja. jika orang tersenyum kepadanya dia malah buang muka. Tatkala ada yang hendak bersalaman, dia justru berpaling. Anehnya, Mr. Kribo tetap bertahan dengan sifat congkaknya itu pada saat dia membutuhkan tenaga dan pikiran karyawan guna melunasi utang-utangnya yang segunung.


Harga diri yang kerap terluka membuat orang merasa tertekan. Para karyawan tak berkutik menghadapi perangai bosnya yang sangat unik. Tidak seorang pun berani menegur. Ketidakberdayaan karyawan membuat Mr. Kribo semakin bersikap sewenang-wenang.


Hingga hadirlah sosok Hamdan dengan keyakinan dan nyalinya yang luar biasa. Orang macam Mr. Kribo memang tidak bisa dinasihati lagi dengan omongan, hatinya sudah membatu, matanya buta dengan kebenaran. Hamdan memperlihatkan bahwa tidak semua karyawan bermental kerupuk, tidak semua orang takut dipecat. Ada orang yang mempersembahkan hidupnya untuk menyampaikan kebenaran, apa pun risikonya.


Mr. Kribo kesal Hamdan lewat begitu saja di depannya. Dia bersalaman dengan banyak orang tapi tidak dengan bosnya. Baginya, Mr. Kribo seperti makhluk yang tak kasat mata. Orang-orang takjub melihat keberanian Hamdan dan diam-diam memberikan dukungan.


Biasanya, karyawan sudah gentar jika dipanggil ke ruangan Mr. Kribo. Lain dengan Hamdan yang masih bisa tersenyum saat memasuki ruangan yang dijuluki tempat eksekusi itu.


Singkat cerita, Mr. Kribo menggertak Hamdan guna memukul mental karyawan baru itu. Tak disangka, Hamdan malah tenang-tenang saja dan berkata, “Kalau tindakan saya salah, berarti Bapak-lah yang paling salah. Saya cuma meniru Bapak yang buang muka saat disapa, berpaling saat diajak bersalaman.”


Tak disangka karyawan yang satu ini kuat sekali mentalnya. Mr. Kribo merasakan kerongkongannya tercekat. “Ba... baiklah! Kalau kau tidak bisa menghormati saya sebagai bos, setidaknya hormatilah saya sebagai manusia.”
Hamdan tersenyum dan menjelaskan, “Kalau mau dihormati, kita harus lebih dulu menghormati orang lain. Bagaimana orang akan menghormati Bapak sebagai manusia, jika perbuatan Bapak tidak mengindahkan perikemanusiaan?”


Tidak terima dinasihati Hamdan, Mr. Kribo merancang konspirasi keji dengan menyuruh para karyawan untuk menyakiti Hamdan dengan segala cara. Namun, karisma Hamdan ternyata lebih kuat, para karyawan malah melawan Mr. Kribo dengan mogok kerja secara massal. Kepala Mr. Kribo semakin pusing setelah karyawan memperkarakannya ke pengadilan atas masalah gaji yang di bawah standar, tidak diberikannya asuransi, uang lembur, Jamsostek, dan sebagainya. Kini Mr. Kribo mendapat balasan atas perangai buruknya. Bayangan jeruji penjara langsung menari-nari di pelupuk mata.


Sahabat, Rasa hormat yang tulus lebih membahagiaan daripada rasa hormat yang dibuat-buat. Kalau mau dihormati, mulailah dengan menghormati orang lain. Kebahagiaan akan diperoleh dengan saling menghormati.


Tiada masuk surga orang yg dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan “. {HR.Muslim}


Ada tiga perkara yg membinasakan yaitu hawa nafsu yg dituruti kekikiran yang dipatuhi dan seorang yg membanggakan dirinya sendiri “. {HR. Ath-Thabrani dan Anas}.