close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday, 31 March 2015

Mendidik Cara Nabi



Bercermin  pada Nabi, pendidikan anak pada masa-masa awal diarahkan untuk membangun keyakinan yang kokoh kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ini ditempuh dengan dua hal : 
Pertama, memberi dasar-dasar keyakinan yang mantap. 
Kedua, melimpahkan kasih sayang secara tulus, bersahabat dan hangat kepada anak.

Tulusnya kasih sayang orangtua akan menjadi persemaian yang baik bagi tumbuhnya keyakinan yang kokoh. Terlebih ketika orangtua memberi pengalaman-pengalam relijius dalam suasana yang penuh kasih sayang. Inilah yang menguatkan rasa beragama (religious feeling) seseorang.

Teringatlah kita dengan suatu peristiwa. Abu Hurairah r.a menceritakan, “Kami tengah melaksanakan shalat Isya berjamaah bersama Rasulullah Saw yang berindak sebagai imam kami, ketika beliau sedang sujud, tiba-tiaba cucunya Hasan dan Husein meloncat dan menaiki punggung Nabi. Ketika Rasulullah mengangkat kepalanya, beliau menurunkan kedua cucunya dengan penuh kasih sayang. Dan ketika Nabi Saw sujud kembali, Hasan dan Husein kembali menaiki punggungnya. Pada saat usai shalat, beliau menjadikan kedua cucunya berada di samping kiri dan kanannya. Lalu aku mendatanginya dan berkata, “Ya Rasul Allah, apakah tidak lebih baik aku mengembalikan mereka kepada ibunya?” Rasullah Saw menjawab, “Tidak.” Kemudian Fathimah datang mengambil kedua anaknya ( Hasan dan Husein). Lalu Nabi Saw berkata kepada Hasan dan Husein, “Nah, sekarang pergilah kalian kembali ke ibumu.” Dan ketika itu aku melihat Hasan dan Husein berjalan dengan di gandeng oleh Fathimah  hingga sampi ke pintu rumah.”  (H.R. al-Hakim).

Alangkah hangat kasih sayangnya, dan alangkah kuat bekas jiwa yang ditimbulkan pada jiwa anak-anak itu karena pengalaman-pengalaman anak yang  mengesankan saat shalat bersama Nabi. Mereka menemukan pengalaman yang indah dalam beragama. Mereka merasakan keindahan dan kesejukan. Bukan bentakan yang mereka terima ketika di Masjid main kejar-kejaran sehingga sedikit mengotori Masjid, Bukan juga tekanan karena anak terus dicecar pertanyaan saat tidak tidur siang, “Katanya mau jadi anak yang shalih, kok nggak mau tidur siang?”

Dari Rasulullah Saw kita juga belajar tentang bagaimana dasar-dasar keyakinan kepada  Allah di tumbuhkan sejak belia. Rasulullah Saw pernah berpesan kepada Ibnu Abbas r.a. yang ketika itu masih kecil, saat pengertiannya baru mulai tumbuh. Rasulullah Saw berkata:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasihat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakaimu sedikit pun tak akan mampu kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering.” (HR. at-Tirmidzi).