Tersebutlah nama Antarah, seorang panglima dari kerajaan Persia itu, memang amat disegani. Kemenangan di medan tempur tersulit yang berhasil diraihnya membuat lawan maupun kawan berdecak kagum. Orang-orang tak habis pikir, bagaimana Antarah memimpin pasukan dengan persenjataan minim, perbekalan yang kurang, dan dalam cuaca yang buruk. Keterbatasan macam apa pun tak membuatnya mudah dikalahkan, bahkan oleh musuh yang jumlahnya lebih besar dengan persenjataan lebih canggih. Seolah-olah mudah saja baginya menaklukkan segala mara bahaya.
Suatu hari salah seorang panglima menemui Antarah. Tujuannya untuk memperoleh resep mujarab yang membuat Antarah beserta pasukannya tak terkalahkan.
Antarah bersedia menjelaskan resep rahasianya, “Masukkanlah jari telunjukmu ke mulutku dan aku masukkan pula jari telunjukku ke mulutmu. Lalu kita saling menggigit jari hingga salah seorang menyerah.”
Panglima itu menurut saja walaupun dia merasakan ajakan Antarah agak aneh. Keduanya pun memulai pertarungan aneh dengan saling menggigit jari lawan.
Beberapa saat kemudian panglima itu menjerit-jerit kesakitan. Dia memohon-mohon agar jarinya dilepaskan. Setelah keduanya mengakhiri gigitannya masing-masing, mereka memperhatikan jari masing-masing. Ternyata kondisinya sama saja, baik jari panglima itu atau jari Antarah sama-sama berdarah.
“Inilah yang membedakan kita,” ucap Antarah, “Aku kuat menanggung kesakitan dan penderitaan dengan sabar. Makanya aku bisa memenangkan pertarungan yang tersuilt sekalipun.”
Ya, ternyata untuk memenangkan pertarungan hidup ini tak selalu bergantung pada jumlah amunisi, melainkan pada NYALI yang besar dan DAYA TAHAN menghadapi cobaanlah yang membuat orang tangguh dan akhirnya keluar sebagai pemenang.
Kemanangan yang membahagiakan diperoleh dengan perjuangan berat yang penuh kesabaran. Orang bahagia lebih bernyali menghadapi resiko kehidupan.
“Dan sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan , kelaparan dan kekurangan harta harta ,jiwa dan buah buahan dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang orang yang bersabar.”(Albaqarah:155)
Rosululloh SAW besabda:“Sesungguhnya seorang hamba jikalau menginginkan kedudukan disisi Alloh SWT ,akan tetapi ia belum bisa mencapainya dengan amalannya,maka Alloh SWT mennguji harta,diri,dan anaknya ,kemudian ia bersabar akan itu semuanya ,sehingga sampailah ia kepada kedudukan yang ia inginkan dari sisi Alloh SWT.”(HR.Ahmad dan Abu Dawud).