close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday, 11 May 2015

Handuk Kumal



Pagi itu Yudi, bukan nama asli - sedang menyantap sarapan pagi bersama istri dan dua orang anaknya. Saat itu waktu menunjukkan  pukul 05.20 WIB. Mereka bergegas menyantap sarapan yang telah tersedia .Itulah kebiasaan Yudi sekeluarga setiap hari. Mereka harus meninggalkan rumah setengah enam pagi kalau tidak ingin terlambat dalam aktivitas keseharian.

Namun dalam ketergesaan di pagi buta itu, terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang. Istri Yudi segera berjalan ke arah pintu depan. Di sana rupanya ada seorang ibu tetangga rumah beserta anaknya yang datang dengan sebuah bungkusan.

“Ada apa, ibu?” tanya istri Yudi.
“Boleh saya bertemu dengan pak Yudi ?” tanya sang  tamu.

Perempuan itu dipersilakan masuk. ia menunggu di ruang tamu, sementara Yudi menyelesaikan sarapan.  Usai itu, Yudi datang menyapa. ia menanyakan ada apa gerangan. Di sisinya sang istri turut mendengarkan.

Ibu sang tamu kemudian berkata lirih, “Pak Yudi, tolong beli handuk ini!”

Yudi dan istri saling bertatapan heran. Setahu mereka sang tetangga ini tidak pernah berjualan. “Sejak kapan sang ibu ini berjualan handuk?” Batin mereka berdua.


Namun mereka berdua merasa aneh, saat mereka membuka bingkisan yang disodorkan tiada lain adalah sebuah handuk kumal yang bukan baru melainkan handuk yang sudah terpakai. Yudi dan istri terheran. Mereka tidak mengerti apa maksud sang ibu menawarkan handuk kumal itu .

Setelah beberapa saat, Yudi pun mendapatkan sebuah pertanyaan untuk dilontarkan.

“Kenapa ibu mau jual handuk ini?” Tanya Yudi.
“Suami saya sudah beberapa hari gak pulang, Pak! Saya gak tahu apakah dia kabur karena kawin lagi atau sudah meninggal di jalan. Biasanya kalau lagi bawa truk ke Jawa, 1 minggu paling lama dia sudah pulang. Sampai sekarang sudah dua minggu lebih gak ada kabar. Gak ada telepon, SMS atau apa pun. Padahal di rumah saya gak punya uang dan makanan, Sudah dua hari saya bilang ke anak-anak untuk sabar menahan lapar. Tapi tadi malam saya sudah gak kuat mendengar jerit anak-anak saya kelaparan. Tolong beli handuk ini, Pak! Saya gak mau mengemis, saya juga gak berani ngutang. Tolong  ya Pak!” Ibu tadi menutup kalimatnya dengan nada memelas.

Yudi dan istri merasa lemas mendengarnya. Keduanya menghela nafas panjang. Bergegas Yudi dan istri masuk ke kamar. Mereka tidak kuat mendengar keluhan tetangganya tadi. Namun, celakanya uang yang mereka punya hanya Rp. 200 ribu saja. “Berapa yang pantas untuk diberikan?” gumam mereka berdua.

Akhirnya Yudi memutuskan untuk memberi uang sejumlah Rp. 150 ribu. Padahal sebelumnya sang istri mengingatkan bahwa tanggal gajian masih seminggu lagi. Dari mana uang untuk makan dalam beberapa hari tersebut? Yudi menjawab singkat, “Allah pasti menolong kita!” . Akhirnya Yudi memberikan sejumlah uang tersebut kepada  tetangganya.

Setelah ibu itu berpamitan, Yudi dan seluruh anggota keluarga pergi meninggalkan rumah. Rute yang dilalui adalah mengantarkan anak-anak ke sekolah, lalu ke tempat kerja istri dan terakhir menuju kantor.

Yudi dan istri sangat menikmati perjalanan rutin di pagi itu, Namun ada satu rasa di dalam hati mereka yang tengah bersemi, KEBAHAGIAAN DAN KEDAMAIAN yang lain dari hari-hari sebelumnya.

Energi kebaikan itu dirasakan oleh Yudi sepanjang hari. Senyurn terus terkembang di wajahnya. Semua orang yang ia jumpai selalu menyapanya, Alangkah berkah hari  itu Yudi rasakan.

Pukul 16.00 WIB hari itu usai shalat Ashar, Direktur SDM di kantornya memanggil Yudi datang ke ruangan. Tak terlintas di benak Yudi, ada apa gerangan?  . Yudi mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Setelah duduk di sebuah kursi di ruang itu, Yudi bertanya ada apa gerangan ia dipanggil.

Wajah sang direktur terlihat ceria. Beberapa kali senyuman tertilas di wajahnya. Yudi  membatin , ini mungkin satu  lagi penambah keberkahan untukku hari ini.

Setelah berbincang beberapa lama, sang direktur memberitahukan bahwa tahun ini seperti masa-masa sebelumnya perusahaan memberangkatkan 1 orang dari  pegawai untuk berangkat ibadah haji. Direktur SDM itu memberitahukan bahwa pegawai yang beruntung tahun ini adalah YUDI !!!

Allahu Akbar, Tubuh Yudi berguncang hebat, Tak mampu menahan gemuruh dalam  ruang batinnya, Ia pun bersyukur kepada Allah dan tersungkur sujud. Ia tidak hanya menjabat tangan sang direktur, saking girangnya ia memeluk erat tubuh sang direkiur dan ia ucapkan terima kasih berulang kali.

Yudi  kembali ke rumah dengan hati berbunga. Rasanya kali ini adalah perjalanan pulang ke rumah yang paling indah yang ia alami. Sambil memegang kemudi mobil, berkali-kali air mata menetes di pipi Yudi. “Alangkah Maha Pemurahnya Allah SWT !” Hatinya memuji.

Yudi pun tiba di rumah. Setelah mobil diparkir, ia langsung  berhambur mencari istrinya. Istrinya terheran-heran melihat gelagat suaminya, kemudian ia pun menanyakan Yudi ,apa yang terjadi?, Yudi lalu menceritakan kabar gembira bahwa dirinya akan berangkat  haji tahun ini.

Setelah keduanya merasakan kegembiraan itu, keduanya pun meengerti bahwa Allah SWT. memberikan anugerah yang amat berharga itu setelah Yudi dan istri memberikan bantuan kepada seorang ibu tetangganya tadi pagi !

Betapa pertolongan Allah amat cepat mendahului bantuan yang diberikan seorang hamba untuk saudaranya!
Subhaanallah, memang Sedekah adalah GAYA HIDUP yang membuat hidup kita ini semakin berkah dan bermakna.


Sedekah akan jatuh di tangan Allah, sebelum sedekah itu  di terima oleh tangan peminta” 
( Al-Hadits ).