close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday, 18 May 2015

Jadi Ayah Yang Ta'at Beribadah dan Sayang Keluarga



Kita teringat dengan Aisyah, isteri nabi yang paling di cintai sesudah khadijah. Ibnu ummar pernah datang kepadanya dan berkata, “Izinkan kami disini sejenak dan ceritakanlah kepada kami perkara paling mempersona dari semua yang pernah engkau saksikan pada diri nabi.” 


Aisyah menarik nafas panjang. Kemudian dengan terisak menahan tangis, ia berangkat dengan suara lirih,” kana kullu amrihi ‘ajaba. Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku.“


Masih dengan suara lirih, Aisyah bercerita, “Suatu malam ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, berkata, “ya Aisyah izinkan aku beribadah kepada tuhanku. ‘aku berkata, ‘Sesungguhnya aku senang merapat dengan mu, tetapi aku juga senang melihatmu beribadah kepada Tuhanmu. ‘ Beliau bangkit mengambil ghraba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis hingga air matanya membasahi. Janggut. Kemudian di bersujud dan menangis hingga lantai pun basah oleh air mata. Lalu ia berbaring dan menangis sehingga datanglah bilal untuk memberitahukan datangnya waktu shubuh.”


Aisyah melanjutkan, “Bilal berkata, ‘Ya Rasul Allah, kenapa engkau menangis padahal allah telah ampuni dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang. ‘kata Rasulullah, ‘Aku menangis karena malam tadi Allah telah turunkan ayat, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berkal. ‘Kemudaian Nabi bersabda, ‘Celakalah orang yang membaca ayat ini namun tidak merenungkannya.”


Ada yang menjadi tanda tanya bagi kita sesudah membaca kisah ini. Jika Aisyah berkata, “Kana Kullu amrihi ‘ajaba. Ah, semua perilakunya mernakjubkan bagiku.”; 


Apakah yang akan di ucapkan oleh wanita kita jika suaminya ditakdirkan meninggal lebih dulu. Kita juga tidak tahu apa yang akan di ucapkan oleh anak-anak kita tentang orangtuanya. Semuanya terpulang kepada kita. Apakah kita mau mencoba untuk menjadi bapak dan suami yang lebih menyejukkan hati meski harus gagal berkali-kali ataukah kita merasa telah cukup mulia dengan perhatian kita yang tak seberapa.

Jika kita masih merasa bahwa semuanya merupakan tanggung jawab istri tanpa ada bagian kita sebagai suami sediki pun, maka sekali waktu tengoklah istri kita yang terbaring penat karena tak ada waktu baginya untuk istirahat. Sesudahnya, ingatlah ketika Nabi kita berkata di saat-saat terakhir hidupnya, “ Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan kalian untuk selalu berbuat baik kepada mereka. “Setelah itu, tengoklah pula anak kita yang telah tertidur. Cobalah untuk mengusap-usap kepalanya, Keningnya dan tak lupa wajahnya. Sentuhlah dengan perasaan yang tulus. Dan lihatlah, Alangkah sedikit yang telah kita lakukan. Padahal kitalah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Kitalah yang akan ditanya di hari kiamat nanti. 


Atau jangan-jangan kita telah lupa dengan itu semua?