Pisau kecil sepanjang 30 cm yang berlumuran darah itu masih digenggamannya, wajahnya seram jantungnya berdetak kencang hingga tak seorangpun berani mendekat, ya… ia Sang Pembunuh yang telah merenggut 99 nyawa orang.
Ia terus berjalan dengan pandangan kosong kedepan namun ternyata hati kecilnya bicara “ aku ingin tobat, masihkan Allah menerimaku di sisiNYA ? “ itulah pertanyaan yang terus ia ulang-ulang tanpa seorangpun mendengarnya.
Akhirnya sang Pembunuh ini memutuskan untuk curhat kepada Sang Ulama dan bercerita tentang masa lalunya yang kelabu itu. Ia mengutarakan maksudnya untuk bertaubat dan menjadi orang yang lebih baik. iapun bertanya, “ Aku ingin tahu, apakah Allah masih mau mengampuniku??
Sang Ulama ini rupanya belum cukup banyak belajar. Ia menjawab, “ Mana mungkin, kamu sudah sejahat itu akan diampuni, nerakalah yang pantas buat orang seperti kamu “. “ Kalau begitu, lebih baik kau juga kubunuh saja sekalian” . ujar si Pembunuh, Ia pun membunuh Ulama itu.
Kemudian ia berjalan dan menemui Ulama yang lain. Ia mengatakan telah membunuh seratus orang. “ Aku ingin tahu, apakah Allah akan mengampuniku jika aku bertaubat? tanyanya, Ulama kedua ini lebih bijak dari yang pertama. Ia menjawab, “ Tentu saja kau akan diampuni. Bertaubatlah sekarang juga. Aku hanya punya satu nasihat untukmu; jauhilah teman-temanmu yang suka bermaksiat dan bergabunglah dengan orang-orang yang saleh, karena teman yang suka maksiat itu akan mendekatkan kamu kepada dosa dan neraka “.
Orang itu lalu bertaubat dan menyesali dosa-dosanya. Ia menangis memohon ampunan Allah SWT. Kemudian ia pun HIJRAH menjauhi teman-temannya yang suka maksiat dan pergi mencari perkampungan tempat orang-orang saleh tinggal. Namun ketika ia berada di perjalanan, ajalnya tiba.
Malik, Malaikat Penjaga Neraka, dan Ridwan, Malaikat Penjaga Surga, sama-sama datang untuk menjemput ruhnya. Malik berkata bahwa orang itu adalah pendosa besar dan tempatnya di neraka jahanam. Tetapi Ridwan juga mengklaim bahwa orang itu layak masuk surga. Malaikat Ridwan berkata, Orang ini bertaubat dan telah memutuskan untuk menjadi orang baik. Ia sedang menempuh perjalanan ke kampung tempat tinggal orang-orang saleh ketika ajalnya tiba.
Kedua malaikat itu pun berdebat, Jibril datang untuk menyelesaikan masalah. Setelah mendengar pernyataan dari kedua malaikat, Jibril memutuskan, Ukur jaraknya. Jika tanah tempat mayatnya berada lebih dekat kepada orang-orang saleh, maka ia masuk surga; namun jika letak mayatnya lebih dekat kepada orang-orang jahat, ia harus masuk neraka.
Karena mantan Pembunuh itu baru saja meninggalkan tempat kemaksiatan, ia masih terletak dekat sekali dengan tempat itu. Tetapi karena ia bertaubat dengan amat tulus, Allah SWT memindahkan tubuhnya dari tempat ia meninggal ke dekat perkampungan orang saleh. Dan hamba yang bertaubat itu pun diserahkan ke dekapan malaikat penjaga surga.
Allah Berfirman dalam Hadits Qudsi “ Jika hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekatkan diri kepadanya satu depa. Apabila dia kembali kepada-Ku sambil berjalan Aku akan menyambutnya sambil berlari “.
Sahabat yang disayang Allah, sebesar apapun dosa dan maksiat yang pernah kita lakukan, Allah masih senantiasa membuka pintu taubat dan pintu SorgaNYA ketika kita benar-benar menyesali diri dan berjanji untuk menghidar dan tidak akan melakukan kebiasaan maksiat kita.
Dan ternyata kegiatan MEMBUNUH itu tidak hanya menghabisi nyawa orang, kita sering kali membunuh tanpa sadar, kita sangat hafal dengan pepatah “ Lidah itu lebih tajam daripada Pedang “ yang selaras dengan ayat “ Fitnah itu lebih kejam daripada Pembunuhan “.
Dengan lidah kita seringkali tanpa sadar kita telah MEMBUNUH KARAKTER anak-anak kita sendiri, anak asuh dan anak didik kita dan orang-orang disekitar kita yang menurut kita bisa menjadi pesaing kesuksesan kita. Dengan caci makian, fitnahan, gosib, adu domba dan cibiran yang membuat seseorang terbunuh karakter dan psikologisnya, orang tersebut menjadi pesimis, stagnan, stress kehilangan pekerjaan dan jabatannya bahkan terjerumus ke dunia hitam yang mendekatkan dirinya kepada kematian yang sesungguhnya.
Bukan hanya itu Sistempun bisa menjadi alat pembunuh yang sangat dahsyat, Sistem Pendidikan Formal kita telah membunuh Intelektual, Kompetensi dan Kejujuran anak-anak kita, Sistem Birokrasi ? Sistem Ekonomi?, Sistem Politik?, Sistem Perbankan ? duh rasanya gak perlu kita bicarakan karena sangat menyakitkan dan bisa jadi akan membunuh kita, lebih baik kita perbaiki Keyakinan kita akan kemahakuasaan Allah SWT yang mampu membalik kegelapan menjadi terang benderang, lebih baik kita perbaiki kesadaran kita bahwa kita akan meninggalkan dunia yang sementara ini menuju sebuah kehidupan yang lebih indah dan luar biasa nikmatnya yang harus kita perjuangan dengan segala potensi yang telah kita peroleh selama numpang dan ngemper di dunia ini.
"Bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa". "(yaitu) orang-orang yang menginfakan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." ( Ali Imron : 133-134 ).
So… jangan pernah berhenti mengabadikan yang tersisa, karena bisa jadi yang tersisa itulah yang akan menyelamatkan dan mengantar kita ke sebuah ISTANA SORGA yang penuh dengan segala kenikmatan TANPA BATAS, amin.