close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Sunday, 10 May 2015

Rumah Miring



Saat itu saya baru saja berbicara di hadapan sekelompok kaum  ibu mengenai kebesaran Allah SWT dan bagaimana Allah SWT menjawab setiap doa hamba-Nya. Dengan mengutip satu Ayat : “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?”  (QS Nuh : 13) , Acara sudah usai dan saya tengah istirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah.

Tiba-tiba, Seorang ibu yang mengaku benama Dessy datang menghampiri saya usai sebuah pertemuan. “Boleh berbicara sebentar, Pak?!” tanyanya. “Silakan bu “,  jawab saya.


Bu Dessy menyampaikan pengalamannya saat saya masih terus mengunyah makanan, Begitu antusias Ia menuturkan hingga saya pun mulai pasang telinga. Ia mengabarkan bahwa ia bersyukur memiliki seorang suami yang amat shalih. Keshalihan suami itulah yang membuat Dessy mengambil keputusan menikah dengannya, meskipun awalnya Dessy adalah seorang non-muslimah.

Namun setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai dua orang anak, Dessy mendapati bahwa ia merasa tidak cocok dengan agama Islam, bahkan belakangan ia kembali kepada agama semula.  “Saya terus mencoba untuk membuat anak-anak ikut ke agama saya namun rupanya mereka lebih sayang kepada ayah mereka...” tutur Dessy.  Ia melanjutkan,  bahkan saking kuatnya pengaruh ketaatan beragama suaminya, anak-anak tumbuh menjadi keturunan yang shalih dan kuat berakidah.

Hingga Dessy menuturkan pengalaman dialognya dengan seorang anaknya yang berumur 4 tahun saat itu dan membuat jalan hidup Dessy kembali berubah. “Kami saat itu sedang asyik bermain ayunan di taman. Kami tertawa riang dan bercanda, saat kami kelelahan bermain dan beristirahat sambil duduk di taman aku berkata kepada anakku, ‘Nak..., enak sekali ya bermain di taman seperti ini!’ Sang anak pun menjawab, ‘Ya Ma, asyik sekali... Tapi sayang ya kita cuma bisa bermain bersama di sini, tidak di surga nanti“, jawab anak saya. “Memangnya mengapa kita tidak bisa main seperti ini di surga nanti?!” tanya Dessy keheranan. Anaknya yang tersayang itu menjawab, “Kita kan semua muslim, sementara mama bukan hamba Allah yang muslimah. Sedang surga hanya Allah berikan kepada hamba yang taat kepada-Nya....”

DEGGG....! Hati Dessy tersentak. Ia tidak menyangka bahwa anaknya mampu berpikir sedemikian jauh. Hati Dessy menjadi galau. Matanya kini berkaca-kaca membayangkan bahwa ia tidak bisa berjumpa lagi dengan anaknya di surga nanti. Namun sejurus kemudian ia malah berpikiran buruk terhadap suaminya. “ini pasti ulah suamiku!” batin Dessy. Ia menyangka bahwa suaminya pasti telah mendoktrin anaknya sedemikian rupa.

Sore itu sepulang suaminya dari tempat bekerja, Dessy menyerangnya habis-habisan. Anehnya meski Dessy berteriak -teriak dengan suara melengking, sang suami malah terlihat begitu tenang dan selalu tersenyum. Begitu Dessy mereda sang suami memberinya penjelasan dan menyadarkan Dessy untuk kembali ke jalan Allah Swt. Alhamdulillah hati Dessy luluh. Hidayah Allah SWT kembali lagi menyapanya.

Dessy berniat untuk kembali menjadi muslimah dengan satu syarat bahwa sang suami harus mencarikan seorang guru yang tepat untuk Dessy agar ia yakin dan mantap memeluk agama Islam.  Suami Dessy menerima syarat itu lalu ia mengajak Dessy untuk melakukan shalat Isya berjamaah, kini Dessy kembali menyembah Allah SWT setelah sekian lama ia meninggalkanNya.

Shalat Isya di malam itu begitu sejuk terasa dalam batin Dessy dan suaminya. Sang suami bersyukur kepada Allah SWT sambil menitikkan air mata bahagia, sedang Dessy menengadahkan wajah dan kedua tangannya sambil memanjatkan doa dengan suara yang terpendam dalam dada.

Dessy sampaikan kepada Allah, Tuhannya :

“Ya Allah.. .., hingga kini aku belum merasakan keagungan dan kehebatanMu...
Andai betul Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Kuasa, mohon kiranya Engkau membuat rumah ini laku terjual !”

Demikianlah doa yang dipanjatkan Dessy malam itu kepada Allah SWT. Sebuah doa dari hamba yang lemah yang ingin menguji kekuasaan dan keperkasaan Allah SWT.

Saya terperanjat mendengar tutur doa yang pernah Dessy panjatkan. Saya bertanya kepada Dessy apakah rumah itu kemudian laku terjual? Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya


Sudah 7  bulan yang lalu rumah yang ia diami saat itu pernah diiklankan untuk dijual. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan lebih, Dessy dan suaminya memasarkan rumah mereka di berbagai media. Namun sayang tidak ada satu pun respon positif dari iklan yang dipasang. “Jangankan melihat lokasi, telepon masuk pun yang menanyakan rumah tidak ada” jelas Dessy singkat.

“Kami pun menyadari bahwa memang rumah kami sulit untuk dijual, Sebab lokasi rumah itu di lingkungan warga keturunan yang masih begitu percaya hoki dan feng shui. Ditambah lagi bentuk tanah rumah kami miring. Apalagi nomor rumah kami adalah 4 (empat) yang berarti mati dan membawa sial. Kami sudah putus asa menjual rumah itu, hingga kami berhenti beriklan” jelas Dessy.

Saat suami Dessy meyakinkannya untuk kembali memeluk Islam dan bercerita akan keagungan Allah. Maka Dessy pun ingin menguji kebenaran dan kuasa Allah SWT itu. Sebab itu Dessy berdoa dengan redaksi di atas. Sebuah doa yang menantang kekuasaan Allah Ta’ala.

“Terus bagaimana kelanjutan kisahnya, bu....?” tanya saya tak sabar. Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya:


Seperti rutinitas harian yang Dessy kerjakan maka pagi itu ia berangkat ke toko miliknya. Sepanjang hari Dessy menanti ijabah dari Allah SWT atas doa yang ia panjatkan. Namun hingga sore hari masih belum ada pertanda akan datangnya ijabah doa itu.  Ba’da Ashar suami Dessy datang menjemput, Saat baru saja tiba Dessy langsung bertanya penuh harap kepadanya, “Apakah ada orang yang datang menanyakan rumah, Pa?!” Sang suami malah balik bertanya, “Memangnya Mama pasang iklan kemarin?!” Dessy menjawab, “Tidak!” “Ngawur kamu, Ma.
Masak tidak pasang iklan terus berharap ada orang yang datang menanyakan rumah!!!” Dessy tidak membalas kalimat terakhir dari mulut suaminya, namun ia membatin, “Ya Allah, rupanya Engkau tidak berkuasa seperti yang aku harapkan!”

Tak lama setelah itu Dessy dan suaminya kembali pulang ke rumah.  Saat itu kira-kira pukul setengah lima sore. Dessy dan suaminya baru tiba di rumah. Mereka tengah berada di kamar dan baru saja berganti pakaian. Mereka saling bertukar cerita dan pengalaman yang mereka lalui hari itu. Dalam perbincangan mereka di kamar saat itu, tiba-tiba mereka berdua mendengar ada suara seorang perempuan asing mengucapkan salam di luar rumah.

Dessy mengintip lewat jendela. Di sana ada seorang wanita berjilbab panjang dengan warna buram. Sekilas Dessy menyangka bahwa perempuan itu pasti datang untuk meminta sumbangan. Dessy keluar dari kamar dan ia berpesan kepada pembantunya untuk memberi infak bila perempuan di luar sana meminta sumbangan. Usai berpesan Dessy pun kembali ke dalam kamar.


Pintu kamar kemudian diketuk oleh sang pembantu dan Dessy pun keluar. “Bu..., perempuan di luar tadi katanya datang mau melihat rumah” jelas sang pembantu. Deggg....! sontak Dessy terperanjat. Tak percaya akan berita yang didengarnya, maka Dessy bergegas untuk membukakan pintu bagi tamunya. “Wajah tamu itu begitu sumringah.. ..“ papar Dessy. “Setiap kali ditunjukkan sebuah bagian ruang dan rumah kami, ia selalu bertasbih menyebut nama Allah dan kegirangan” imbuhnya lagi. Ia menyatakan tertarik dengan rumah Dessy dan menanyakan berapa harga yang diminta. Di luar dugaan Dessy sang tamu tidak hanya setuju dengan harga  yang disebutkan, bahkan wanita itu mengajaknya untuk pergi ke notaris keesokan paginya untuk transaksi jual-beli rumah.
SUBHANALLAH....!

Dessy kegirangan sore itu dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah untuk menyampaikan rasa syukurnya atas ijabah doa yang Allah Swt berikan.

Esok paginya ia datang ke notaris bersama suami dan ibu calon pembeli rumah. Akte jual-beli rumah sudah diselesaikan dan proses akad tersebut begitu mudah dan cepat. Wajah Dessy begitu sumringah, dan dalam obrolan di kantor notaris itu Dessy sempat bertanya kepada ibu yang membeli rumahnya, “Bu..., apa yang membuat ibu tertarik dengan rumah kami dan darimana ibu mencari infonya?”

Sang ibu pembeli rumah menjawab, “Saya memang sudah lama mencari rumah di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Namun belum ketemu jodohnya barangkali. Dua malam yang lalu sehabis shalat Isya saya merasa kegerahan di dalam rumah. Sambil ngobrol dengan suami di teras rumah, maka saya ambil setumpuk koran lama di meja yang ada di teras untuk kipasan. Lagi asyik ngobrol eh... tiba-tiba saya melihat ada sebuah iklan baris yang menjual rumah di daerah Kelapa Gading. Melihat ukuran rumah dan harganya kok sepertinya cocok hetul dengan rumah yang saya cari. Maka keesokan harinya saya baru datang ke rumah bapak-ibu.”


Mendapati penjelasan sang ibu pembeli, Dessy menjadi terkesima dan melongo. Ia seolah tak percaya akan apa yang  didengarnya. Sekali lagi Dessy menegaskan, “Dua malam yang lalu ibu membaca iklan baris itu?! Koran itu terbitan tanggal berapa dan pukul berapa ibu berada di teras rumah sambil kipas-kipasan?!”
“ya, dua malam yang lalu, Gak tahu ya bu tanggal berapa koran tersebut tapi rasanya mungkin 7 bulan lalu itu koran. Sementara kalau waktu saya ngobrol dengan suami di beranda rumah saat itu mungkin kira-kira pukul 7 malam mungkin ya. . .“ jawab sang ibu pembeli ringan.

“ALLAHU AKBAR....!” Dessy memekik. Ia terdiam sejenak dan tak sanggup berkata apa-apa. Beberapa bulir air mata kini menitik di pipinya. Sang suami dan ibu pembeli rumah bertanya apa gerangan yang terjadi, Lama Dessy terdiam, Tak sanggup ia mengangkat wajah, Setelah agak tenang Dessy menjelaskan bahwa dua malam yang lalu ia shalat Isya bersama suami setelah sekian lama ia murtaddah (non Muslim) . ia ceritakan kepada semua yang hadir di ruangan notaris itu bahwa malam itu Ia berdoa dengan redaksi menantang kekuasaan Allah SWT. Sungguh diluar jangkauan pikiran Dessy bahwa kalimat-kalimat doa itu rupanya naik menggetarkan ‘Arsy Allah SWT, dan pada saat yang sama Allah Swt menjawab doanya dengan memberikan pantulan sinar pada tumpukan koran lama yang ada di beranda rumah ibu pembeli,  ibu pembeli rumah itu lalu merasa kegerahan dan Allah SWT menggerakkan tangannya untuk mengambil koran lama untuk dibuat kipas, Maka iklan rumah yang sudah berbulan-bulan itu akhirnya menemui calon pembelinya. SUBHANALLAH! 

Dalam ruangan notaris itu Dessy berikrar bahwa kini ia tidak ragu lagi terhadap Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.  Sungguh, keagungan Allah SWT amat menakjubkan. Apakah  kita pernah merasakannya?!