close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday, 12 April 2016

Cangkul Pak Tani



Alangkah geramnya Pak Tani mendapati cangkul miliknya raib dari gudang, padahal pagi itu dia akan pergi ke sawah, karena sudah tiba waktunya bertanam.

“Tak diragukan lagi, pasti Pak Beruk yang mencuri cangkulku! Dia memang iri pada kita,” ungkap Pak Tani berapi-api pada istrinya. Tak sanggup menahan kekecewaan, Pak Tani mulai pasang muka masam pada tetangganya itu.

Pak Beruk pun jadi salah tingkah. Dia mencoba menyapa, tapi Pak Tani berpaling muka. Tidak ada sapaan balasan yang menyenangkan hati. “Sapaannya itu bertujuan mengejek. Saya tahu itu,” ujar Pak Tani.

Setelah setiap salamnya tak dipedulikan pak Tani, Pak Beruk mulai memberikan senyuman, Tapi Pak Tani malah melengos saja. “Dia sengaja mencibir saya yang tak bisa lagi ke sawah,” alasan Pak Tani.

Tak tahu lagi harus bagaimana, Pak Beruk memilih diam saja. Dia pikir Pak Tani butuh waktu menenangkan diri. Jadi, mendiamkan mungkin pilihan terbaik.

Namun, malah diartikan lain oleh Pak Tani , “Tuh, dia diam-diam saja. Itu pertanda benar dia pelakunya. Tak salah lagi! orang jahat memang jadi serbasalah.”

Kalap karena ditelan badai prasangka, Pak Tani melakukan tindakan ceroboh. Diam-diam dia meracuni beruk (monyet pemanjat kelapa) milik pak Beruk tetangganya itu.

Pagi harinya, dari rumah sebelah terdengar teriakan histeris dan tangisan keras. Pak Beruk sekeluarga bertangisan melihat beruk andalan mereka untuk mencari nafkah telah terbujur kaku. Padahal Pak Beruk tak punya sawah ladang atau keterampilan selain memetik kelapa dengan bantuan si Beruk monyet kesayangannya, masa depan keluarganya tengah terancam.

Sementara itu, Pak Tani malah terhibur dan tersenyum, “Syukurin! Rasain sakitnya dianiaya tetangga!” Sambil terkekeh kekeh dia mulai merapikan tumpukan jerami di samping rumahnya.

Tapi... Aduh! Ternyata dia justru mendapatkan cangkulnya di sana.

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan prasangka, (karena) sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.”(QS. al-Hujurat:12)

Dikisahkan ketika Rosulullah SAW tengah berbincang dengan beberapa sahabat, tiba-tiba melintas seekor anjing hitam penuh kadas dengan kaki pincang berjalan terseok-seok, matanyapun hanya sebelah tertuju pada sebongkah sampah, tak lama Rosul bertanya "wahai sahabatku apa yang terlintas dibenak kalian setelah melihat anjing itu..?"

Para sahabat masing masing berkomentar dengan presepsi berbeda,.."ya Rosul kami melihat tidak ada kebaikan pada anjing itu,..matanya cuma satu"..."makananannya kotor dari sisa-sisa pembuangan".."bulunya hitam penuh kadas tiada pesona"...salah satu shabat berkata "jalannya pincang ya...Rosul"...

Kemudian Rosul bertanya kembali.."adakah kebaikan pada anjing itu..?"...para sahabat menjawab "hanya Rosul dan Allah yang tahu.."..lalu Rosul berkata lagi.."aku melihat gigi anjing itu putih bersih, dan anjing adalah hewan penjaga yang baik, dalam beberapa rumah yang lainnya anjing memiliki sifat taat terhadap majikannya".

Ya, buruk dalam pandangan kita tapi belum tentu buruk juga bagi orang lain, selalu ada kebaikan dibalik keburukan jika kita melihatnya dengan hati yang jernih.