Alkisah, pada jaman dahulu kala di sebuah desa yang kecil, hiduplah
seorang petani miskin bernama Yosaku. Yosaku ialah petani muda yang baik hati
dan suka menolong, dia juga rajin dan pekerja keras. Yosaku tidak memiliki
rumah, dia tinggal dilumbung jerami milik majikannya. Meskipun begitu Yosaku
tidak pernah bersedih hati, dia pantang menyerah dan terus berdoa supaya kehidupannya
bisa berubah.
Disuatu malam saat Yosaku sedang tertidur pulas,
bermimpilah dia. Dalam mimpinya itu terdengar suara yang mengatakan bahwa dia
harus menjaga benda pertama yang dia dapat dipagi hari nanti. Keesokan paginya
Yosaku yang masih terheran-heran dengan mimpinya tadi malam tak sengaja kakinya
tersandung batu. Secara spontan dia sempat mencari-cari pegangan untuk menahan
tubuhnya agar tidak terjatuh. Hingga akhirnya dia hanya mampu menggapai
sebatang jerami dan dia pun terjatuh. Kemudian, dia teringat kembali akan mimpinya
semalam, lalu katanya dala hati, "Apakah ini benda yang harus ku jaga
sesuai dengan yang dikatakan seseorang didalam mimpu semalam?". Dengan
rasa heran, dia terus membawa sebatang jerami itu bersamanya. Tiba-tiba datang
seekor lalat dan terus mengitari wajah Yosaku. Yosaku pun merasa kesal dan
menangkap lalat itu, kemudian ia mengikatkannya diujung jerami tadi.
"Nguuung... nguuung... nggguuunnnggg..." lalat itu berdengung-dengung
dan Yosaku tertawa melihanya Ha...ha...haha...". Yosaku membawa lalat itu
menuju ke ladang.
Ditengah perjalanan, ada serombongan saudagar kaya
yang sedang melintas. Anak saudagar itu memandangi Yosaku dari jauh yang sedang
tertawa-tawa melihat lalat dijerami miliknya itu. Anak itupun tertarik dan
berkata kepada ibunya, "Ibu, aku mau mainan ituuuu..." sambil
menunjuk ke arah Yosaku. Kemudian sang ibu memanggil Yosaku dengan niat untuk
membeli lalat itu darinya. Namun Yosaku berkata kepada anak saudagar itu,
"Adik kecil, ambillah ini..", dan Yosaku segera berkata kepada ibu anak
itu, "Tidak usah dibayar bu". Sebagai gantinya sang ibu memberikan
tiga buah jeruk yang sangat segar kepada Yosaku.
Kemudian Yosaku melanjutkan perjalanannya lagi.
Ditengah jalan dia bertemu dengan seorang ibu tua yang sedang kehausan dan
terduduk lesu dipinggir jalan. Yosaku lalu menghapirinya dan berkata
"Makanlah ini bu.." sambil memberikan jeruk miliknya. Ibu tua itu
berkata "Terimakasih nak. Kamu memang anak baik. Sekarang aku sudah segar
dan tidak haus lagi. Dan ini sebagai gantinya, ibu berikan kain ini
kepadamu". Awalnya Yosaku menolak untuk menerimanya, namun sang ibu
memaksa dan akhirnya Yosaku menerima tiga helai kain yang indah itu.
Kemudian Yosaku melanjutkan perjalanannya lagi.
Dan belum sampai ke ladang, dia bertemu dengan pria penunggang kuda. Pria itu
berkata "Hai anak muda, kudaku pincang. Aku tidak bisa
menungganginya". Lalu jawab Yosaku, "Aku bisa merawatnya..".
Maka pria itu berkata kembali, "Apakah kau mau membeli kuda ini
sekalian?". Jawab Yoosaku, "Tapi aku tidak punya uang untuk membayarnya
tuan". Jawab pria itu, "Berikan saja aku dua helai kain indah itu.
Kain itu dapat kujadikan hadiah yang indah untuk istriku". Maka Yosaku
memberi dua helai kain untuk ditukarkan dengan kuda itu.
Kemudian Yosaku bersama kudanya berjalan ketempat
petani rumput. Yosaku hendak membeli makanan untuk kudanya, dan dia berkata
kepada petani itu, "Bolehkah saya menukarkan selembar kain ini dengan
makanan untuk kuda ku?". Pak petani sangat gembira menerima kain yang
indah itu dan merawat kuda Yosaku hingga kakinya sembuh dan pulih. Sesampainya
di desa, Yosaku bertemu dengan petani pemilik ladang. Petani ini menyukai kuda
yang dibawa Yosaku. Petani itupun berencana untuk menukarkan sebidang tanah
miliknya denga kuda Yosaku. Petani tersebut berkata, "Nak, apakah engkau
mau menukarkan kudamu itu dengan sebidang tanah yang ku miliki?", tawar
petani itu.
Yosaku pun setuju. Dan sejak hari itu Yosaku
memiliki sebidang tanah. Dia sangat bersyukur atas tanah yang telah dimilikinya
itu. Dia bekerja keras menggarap tanahnya dan membangun sebuah rumah sederhana
didekat lahan garapannya. Karena kegigihan dan ketekunannya, Yosaku kian hari
menjadi petani yang semakin kaya. Dia hidup bahagia bersama istri dan
anak-anaknya. Dan akhirnya orang-orang di desa menjuluki Yosaku dengan sebutan
"Saudagar Jerami".
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki mahupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)