close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday, 29 August 2016

Keajaiban Dari Sebatang Jerami




Alkisah, pada jaman dahulu kala di sebuah desa yang kecil, hiduplah seorang petani miskin bernama Yosaku. Yosaku ialah petani muda yang baik hati dan suka menolong, dia juga rajin dan pekerja keras. Yosaku tidak memiliki rumah, dia tinggal dilumbung jerami milik majikannya. Meskipun begitu Yosaku tidak pernah bersedih hati, dia pantang menyerah dan terus berdoa supaya kehidupannya bisa berubah.


Disuatu malam saat Yosaku sedang tertidur pulas, bermimpilah dia. Dalam mimpinya itu terdengar suara yang mengatakan bahwa dia harus menjaga benda pertama yang dia dapat dipagi hari nanti. Keesokan paginya Yosaku yang masih terheran-heran dengan mimpinya tadi malam tak sengaja kakinya tersandung batu. Secara spontan dia sempat mencari-cari pegangan untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Hingga akhirnya dia hanya mampu menggapai sebatang jerami dan dia pun terjatuh. Kemudian, dia teringat kembali akan mimpinya semalam, lalu katanya dala hati, "Apakah ini benda yang harus ku jaga sesuai dengan yang dikatakan seseorang didalam mimpu semalam?". Dengan rasa heran, dia terus membawa sebatang jerami itu bersamanya. Tiba-tiba datang seekor lalat dan terus mengitari wajah Yosaku. Yosaku pun merasa kesal dan menangkap lalat itu, kemudian ia mengikatkannya diujung jerami tadi. "Nguuung... nguuung... nggguuunnnggg..." lalat itu berdengung-dengung dan Yosaku tertawa melihanya Ha...ha...haha...". Yosaku membawa lalat itu menuju ke ladang.



Ditengah perjalanan, ada serombongan saudagar kaya yang sedang melintas. Anak saudagar itu memandangi Yosaku dari jauh yang sedang tertawa-tawa melihat lalat dijerami miliknya itu. Anak itupun tertarik dan berkata kepada ibunya, "Ibu, aku mau mainan ituuuu..." sambil menunjuk ke arah Yosaku. Kemudian sang ibu memanggil Yosaku dengan niat untuk membeli lalat itu darinya. Namun Yosaku berkata kepada anak saudagar itu, "Adik kecil, ambillah ini..", dan Yosaku segera berkata kepada ibu anak itu, "Tidak usah dibayar bu". Sebagai gantinya sang ibu memberikan tiga buah jeruk yang sangat segar kepada Yosaku.



Kemudian Yosaku melanjutkan perjalanannya lagi. Ditengah jalan dia bertemu dengan seorang ibu tua yang sedang kehausan dan terduduk lesu dipinggir jalan. Yosaku lalu menghapirinya dan berkata "Makanlah ini bu.." sambil memberikan jeruk miliknya. Ibu tua itu berkata "Terimakasih nak. Kamu memang anak baik. Sekarang aku sudah segar dan tidak haus lagi. Dan ini sebagai gantinya, ibu berikan kain ini kepadamu". Awalnya Yosaku menolak untuk menerimanya, namun sang ibu memaksa dan akhirnya Yosaku menerima tiga helai kain yang indah itu.



Kemudian Yosaku melanjutkan perjalanannya lagi. Dan belum sampai ke ladang, dia bertemu dengan pria penunggang kuda. Pria itu berkata "Hai anak muda, kudaku pincang. Aku tidak bisa menungganginya". Lalu jawab Yosaku, "Aku bisa merawatnya..". Maka pria itu berkata kembali, "Apakah kau mau membeli kuda ini sekalian?". Jawab Yoosaku, "Tapi aku tidak punya uang untuk membayarnya tuan". Jawab pria itu, "Berikan saja aku dua helai kain indah itu. Kain itu dapat kujadikan hadiah yang indah untuk istriku". Maka Yosaku memberi dua helai kain untuk ditukarkan dengan kuda itu.



Kemudian Yosaku bersama kudanya berjalan ketempat petani rumput. Yosaku hendak membeli makanan untuk kudanya, dan dia berkata kepada petani itu, "Bolehkah saya menukarkan selembar kain ini dengan makanan untuk kuda ku?". Pak petani sangat gembira menerima kain yang indah itu dan merawat kuda Yosaku hingga kakinya sembuh dan pulih. Sesampainya di desa, Yosaku bertemu dengan petani pemilik ladang. Petani ini menyukai kuda yang dibawa Yosaku. Petani itupun berencana untuk menukarkan sebidang tanah miliknya denga kuda Yosaku. Petani tersebut berkata, "Nak, apakah engkau mau menukarkan kudamu itu dengan sebidang tanah yang ku miliki?", tawar petani itu.



Yosaku pun setuju. Dan sejak hari itu Yosaku memiliki sebidang tanah. Dia sangat bersyukur atas tanah yang telah dimilikinya itu. Dia bekerja keras menggarap tanahnya dan membangun sebuah rumah sederhana didekat lahan garapannya. Karena kegigihan dan ketekunannya, Yosaku kian hari menjadi petani yang semakin kaya. Dia hidup bahagia bersama istri dan anak-anaknya. Dan akhirnya orang-orang di desa menjuluki Yosaku dengan sebutan "Saudagar Jerami".

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki mahupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)