Dapat berbicara merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Dengan lisannya, manusia berbicara guna menyampaikan isi dalam benaknya.
Seribu sayang lisan yang terujar tidak selalu menginspirasi kebaikan, banyak yang di antaranya justru mereka-reka cerita bohong demi mengundang gelak tawa penonton atau bahkan menuai fitnah juga ghibah. Padahal sesungguhnya adanya lisan pada manusia kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Azza Wajalla. Oleh sebab itu, selaku Muslim yang baik hendaknya kita mengindahkan lisan agar tidak terjerumus dalam perkataan yang sia-sia bahkan sampai menuai siksa. Bahkan Rasulullah sampai memberikan anjuran kepada umatnya, “ Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir, katakanlah yang baik atau diamlah” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Begitu sayangnya Rasulullah kepada umatnya, sampai-sampai memberikan teladan bukan hanya untuk menjaga perilaku, tapi juga tuntunan untuk menjaga lisan supaya jauh dari kehinaan dunia juga akhirat. Supaya lisan kita menuai banyak kebaikan, maka kita bisa mengefektifkan pembicaraan kita pada hal-hal tertentu sebagai berikut.
Pertama, lisan adalah sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta (taqarrub ilallah). Maka indahkanlah untuk senantiasa dzikrullah atau mengingat Allah dalam setiap situasi dan kondisi pembicaraan kita, niscaya lisan yang terucap menuai banyak pahala kebaikan. Seperti halnya saat seorang Arab Baduy bertanya kepada Rasulullah SAW, “Sesungguhnya bagi saya syariah Islam itu banyak jumlahnya. Adakah satu saja yang bisa menghimpun semuanya?” Beliau menjawab,”Lisanmu selalu basah karena senantiasa banyak berdzikir kepada Allah.” (HR Ath-Thabrani). Dengan demikian tasbihnya seorang Muslim, tahmid juga tahlilnya akan senantiasa menjadi perekat hubungan mahluk dengan Sang Khalik.
Kedua, lisan kita diupayakan agar selalu bermuatan nasihat bijak nan Islami dalam ketaatan kepada Allah juga dalam kesabaran supaya kita tidak menjadi orang yang merugi seperti yang disuratkan dalam Al-Asr. Insyaallah, lisan yang bernuansa nasihat akan menuai kasih sayang di antara saudara seakidah. Nasihat juga akan menguatkan agama karena Rasulullah pun bersabda, “Agama adalah nasihat” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, nikmat lisan yang Allah amanahi kepada manusia gunakanlah untuk menggencarkan aktivitas dakwah Islam nan mulia. Lisan terpuji tiada lain adalah lisan yang diujarkan untuk keutamaan dakwah. Sebagaimana firman Allah dalam terjemah quran surat Fushilat ayat 33: “ Siapakah yang lebih baik ucapan (lisan)- nya dibandingkan dengan orang yang berdakwah (menyeru manusia) kepada Allah, beramal salih dan berkata, ”Sesungguhnya aku adalah bagian dari kaum Muslim.”
Dakwah kepada Islam yang kaffah juga telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau menuntun manusia dari kondisi jahiliyah menuju kehidupan yang indah dengan penerapan syariah Islam. Dakwah yang dilakukan dengan mengubah pemikiran umat lewat lisannya yang lugas tanpa menyembunyikan hakikat Islam sebagai agama sekaligus sebagai pandangan hidup yang sempurna. Lisan dakwah yang diujarkan Rasulullah telah membawa banyak manusia pada keselamatan dunia juga akhirat. Lisan yang mampu menggetarkan hati karena dibasahi oleh ayat-ayat ilahi.
Dengan upaya-upaya demikianlah, insyaallah lisan yang keluar dari mulut kita akan menuai banyak pahala kebaikan. Sama halnya lisan, tulisan yang kita gunakan dalam penyampaian pesan juga mesti diindahkan kaidahnya seperti pada ketiga poin yang telah diuraikan sebelumnya. Hal demikian supaya status yang kita ketik di akun media sosial atau artikel yang kita kirim ke media masa bisa menjadi sarana untuk memetik banyak pahala karena mengispirasi khalayak ramai dalam hal kebaikan. Wallahu’alam bishowa.