Pernahkah seumur hidup kita menangis karena Allah? Menangisi dosa-dosa kita?
Kita tidak bisa tiba-tiba menangis karena Allah begitu saja, kita tidak bisa merencanakan tangisan ini. Tapi tangisan ini timbul karena takut kepada Allah, bergetar hatinya karena nama Allah disebut dan berguncang jiwanya ketika mengingat maksiat & dosa yang dilakukan, oleh karena itu inilah tangisan keimanan, tangisan kebahagiaan & tangisan hanifnya jiwa.
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi)
"Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; …. dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).
Bayangkan saat ayat Al-Quran dibacakan, saat membaca perjuangan Nabi & Sahabat saat membela Islam, kita sulit menangis dan tersentuh, tapi saat menonton film drama, membaca novel fiktif, kita bisa menangis tersedu-sedu? Maka di mana keimanan kita??
Jika masih saja sulit menangis karena ALLAH.
Maka tangisilah diri kita, tangisilah hati kita yang mungkin sudah mati, yang tidak bisa menampung sedikit saja tetesan keimanan, tangisilah badan kita yang kita seret berjalan merajalela di muka bumi karena ia hakikatnya telah mati. Semoga dengan menangisi diri kita, Allah berkenan membuka sedikit hidayah, menancapkannya dan bertengger direlung hati hamba yg berjiwa hanif
(Dr. Raehanul Bahraen).