close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Tuesday, 6 September 2016

Kaos Kaki Sobek Peninggalan Sang Ayah



Pada suatu waktu ada seorang ayah yang kaya raya sedang menderita sakit yang amat parah. Menjelang ajalnya, ia mengumpulkan semua anak tercintanya. Kemudian di depan anak-anaknya, beliau berpesan:

"Wahai anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil oleh Allah yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian. Tolong pakaikan kaos kaki kesayangan ayah ini. Walaupun ia sudah robek, tetapi kaos kaki ini menyimpan kenangan yang luar biasa buat ayah. Kaos kaki ini merupakan benda kesayangan semasa masih di masa sulit dahulu. Untuk itu, mohon pakaikan kaos kaki ini jika ayah dikubur nanti."
Akhirnya tibalah saatnya sang ayah meninggal dunia. Saat mengurus jenazah beliau, anak-anakya meminta kepada pengurus jenazah untuk memakaikan kaos kaki sobek kepada jenazah, sesuai dengan wasiat sang ayah. Akan tetapi pengurus jenazah tersebut menolak. Karena secara syariat hanya kain kafan saja yang diperbolehkan dipakaikan kepada jenazah.

Terjadi perdebatan diantara anak-anaknya, dengan pengurus jenazah dan ustadz yang ikut serta dalam proses pengurusan jenazah. Karena tidak ada solusi yang memuaskan kedua belah pihak, dipanggilah penasihat keluarga sekaligus notaris.
Bapak notaris menyampaikan: “Sebelum meninggal, ayah menitipkan surat wasiat, barangkali di surat wasiat itu ada penjelasannya.”

Maka dibukalah surat wasiat almarhum sang ayah buat anak-anaknya yang dititipkan kepada notaris tersebut.

Seperti ini isinya :

"Anak-anakku, pasti sekarang kalian sedang bingung antara mengikuti wasiatku atau mengikuti aturan agama mengenai masalah kaos kaki robek ini. Kalian dilarang memakaikan kaos kaki robek ini pada mayat bapak. Lihatlah anak-anakku! Harta bapak banyak. Uang berlimpah. Beberapa mobil mewah, tanah dan sawah dimana-mana. Tetapi tetap TIDAK ADA ARTINYA ketika ayah sudah mati. Bahkan kaos kaki yang robek saja tidak boleh dibawa mati. Ah, begitu tidak berartinya dunia. Kecuali amal ibadah kita, sedekah kita yang ikhlas, dan kebaikan-kebaikan yang lain yang pernah kita lakukan semasa hidup. Anak-anakku, inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang sementara.”


Subhanallaah...