close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Thursday, 15 September 2016

Kurasakan Bebanmu Ayah





Suatu hari, seorang anak wanita tanpa sengaja melihat ayahnya yang sedang mengusap wajahnya yang mulai penuh dengan kerutan, dengan badannya yang bungkuk disertai dengan batuk-batuknya. Sang anak pun bertanya kepada ayahnya tersebut, “Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut dengan badan ayah yang kian hari kian membungkuk,” Demikian pertanyaan sang anak kepada ayahnya yang sedang bersantai di beranda rumahnya.

“Karena ayah laki-laki.” Jawabnya.

“Aku tidak mengerti.” Gumam sang anak.

Ayahnya hanya tersenyum dan mulai membelai anaknya terus kemudian menepuk-nepuk bahunya seraya berkata, “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki.”

Sang anak pun bingung dan menjadi penasaran, kemudian anak itu menghampiri ibunya lalu bertanya, “Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dengan badannya yang kian hari kian membungkuk, dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa adanya rasa kesakitan dan mengelu?”

“Anakku, jika seorang laki-laki yang bertanggung jawab kepada keluarganya maka demikian akan seperti itu”

Anak wanita pun tumbuh dewasa namun belum menemukan jawaban atas rasa penasarannya.

Hingga pada suatu malam anak tersebut bermimpi. Di dalam mimpi itu seperti mendengarkan suara yang sangat lembut namun sangat jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar jelas tersebut adalah rangkaian jawaban dari rasa penasarannya selama ini.

“Saat Kuciptakan laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi.”

“Kuciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk banting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”

“Kuberikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatannya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya.”

“Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari dan demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah di saat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Kuberikan kerutan di wajahnya untuk menjadi bukti bahwa laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan seluruh tenaga serta segenap perasaanya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”

Anak wanita tersebut pun terbangun dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri kamar ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri anak itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya, “Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah.”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Allah yang begitu agung, tetapi tak satupun yang dapat menandingi keindahan tangan ayah.