Sahabat, Perlu juga kita tafakuri bahwa sesungguhnya rezeki Allah tidaklah hanya berupa harta. Namun, masih banyak bentuk lainnya yang selama ini terus kita nikmati.
Beruntunglah orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah SWT, dalam setiap keadaan yang menimpanya. Karena hanya kepada orang-orang yang bersyukurlah Allah akan semakin melimpahkan karunia-Nya.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran, “Dan apa saja yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemadharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl [16]: 53)
Allah SWT adalah sumber rezeki, sedangkan jalannya bisa dari banyak jalan. Bisa dari teman, orangtua, kerabat, bahkan dari mana saja yang tidak disangka-sangka.
Kedua, selalu memuji Allah dalam setiap keadaan. Saat sehat, Alhamdulillah. Saat sakit, Alhamdulillah. Kenapa? Karena apa yang menjadi ketentuan Allah itu tidak ada yang jelek. Pada penilaian manusia, sehat rasanya lebih baik dari sakit. Padahal jika kita tafakuri lagi, di balik sakit ada pengguguran dosa. Di balik sakit ada pahala yang melimpah. Di balik sakit ada doa yang mustajab. Yang boleh jadi tidak kita dapatkan ketika sehat.
Demikian juga saat untung, Alhamdulillah. Saat rugi, Alhamdulillah. Saat rugi juga Alhamdulillah. Mengapa? Karena boleh jadi Allah uji kita dengan kerugian supaya kita tidak terbuai dan tergantung dengan materi. Supaya kita tetap bergantung kepada Allah SWT, ar-Rozzaaq.
Sebagian dari kita mungkin sering merasa khawatir dalam urusan rezeki. Khawatir tidak bisa makan esok hari, khawatir tidak bisa menafkahi anak dan istri, khawatir kehilangan pekerjaan, dan berbagai kekhawatiran lainnya yang berkaitan dengan rezeki.
Padahal urusan rezeki termasuk kepada jaminan Allah Swt. Setiap seorang bayi lahir ke dunia, dia lahir sudah satu paket dengan rezekinya. Bahkan bayi ini sudah mendapatkan rezeki yang cukup meskipun ia belum mempunyai ilmu, pengalaman apalagi ijazah. Semua ada dalam jaminan Allah Swt.
Yang terpenting yang perlu kita lakukan adalah menjalani hidup ini dengan ikhtiar yang sesuai dengan rambu-rambu yang Allah tetapkan dan Rasulullah Saw ajarkan. Lakukanlah yang terbaik yang Allah sukai, maksimalkan ikhtiar, kemudian berserah diri kepada Allah.
Yakinlah bahwa Allah paling mengetahui apa yang kita butuhkan dan hanya Allah pula yang Maha Kuasa mencukupi kebutuhan kita. Perlu juga kita tafakuri bahwa sesungguhnya rezeki Allah tidaklah hanya berupa harta, namun masih banyak bentuk lainnya yang selama ini terus kita nikmati.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang pandai mensyukuri rezeki-Nya. Karena inilah yang terpenting dalam urusan rezeki.
Ketiga, punya kebiasaan berterimakasih kepada manusia. Orang yang pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang pandai berterimakasih kepada semuanya, yang menjadi jalan bagi datangnya karunia Allah SWT. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak disebut bersyukur kepada Alloh orang yang tidak berterimakasih kepada manusia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Berterimakasihlah kepada orangtua yang sekian lama merawat dan mendidik kita. Berterimakasihlah kepada guru yang telah mengajarkan kita ilmu. Berterimakasihlah kepada siapa saja yang telah menjadi jalan kebaikan bagi kita sekecil apapun.