close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Thursday, 29 December 2016

Berbuat Baik Sesama Tetangga





Pada suatu masa, Abu Hanifah bertetangga dengan seorang lelaki tukang sepatu. Tukang sepatu itu bekerja sepanjang hari. Pada malam harinya, ia baru kembali  ke rumah, setiap malam, ia minum minuman yang memabukkan sambil bernyanyi dan berteriak, padahal saat itu Abu Hanifah sedang sementara shalat tahajud. Saat itu, Abu Hanifah berdoa agar Allah swt mengampuni segala dosa-dosanya dan memberikan petunjuk di jalan yang baik dan benar.

Ia melakukan hal itu setiap harinya, ia terus minum dan bernyanyi sepanjang malam dengan lirik tentang dirinya yang disia-siakan. Istrinya berusaha memperingatkan bahwa suara nyanyiannya dapat mengganggu para tetangga. Lelaki itu menjawab, ”Siapa yang terbangun pada malam selarut ini ? Mereka pasti sedang  mendengkur.”. Lelaki itu tidak memperdulikan nasehat istrinya, begitulah kejadian itu berlangsung setiap malamnya.

Suatu malam, Abu Hanifah tidak mendengar lelaki itu bernyanyi, ia pun keheranan dan bertanya kepada istrinya tentang tetangga itu. Dari istri Abu Hanifah, Abu Hanifah  mengetahui bahwa istri lelaki itu sakit. Sementara itu lelaki itu pergi dari rumahnya, dan istri lelaki itu tidak mengetahui keberadaan suaminya.

Pada pagi harinya, Abu Hanifah meminta muridnya, Abu Yusuf, untuk mencari  informasi tentang lelaki itu. Setelah beberapa lama, Abu Hanifah memperoleh informasi bahwa lelaki itu ditangkap oleh petugas keamanan karena mabuk. Setelah itu, Abu Hanifah mengajak Abu Yusuf pergi untuk menghadap gubernur Kufah, Isa bin Musa, ia hendak meminta pengampunan untuk lelaki itu.

Abu Yusuf keheranan dengan tindakan Abu Hanifah, selama ini, gubernur  Isa bin Musa telah beberapa kali mengundangnya, tetapi Abu Hanifah tidak pernah memenuhi undangannya. Namun kali ini, hanya  untuk seorang pemabuk, Abu Hanifah hendak menghadap kepada gubernur  Isa bin Musa.

Abu Yusuf semakin heran ketika Abu Hanifah mengatakan bahwa lelaki pemabuk itu  menolong dirinya. Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa tetangganya itu bernyanyi sepanjang malam tanpa mengaharapkan balasan dari Allah atau manusia yang lain.Hal itu membuat Abu Hanifah  berfikir bahwa sudah seharusnya  ia tidak  merasa berat  untuk bangun tengah malam karena dirinya  mengharap balasan dari Allah.

Abu Hanifah juga menceritakan bahwa kemungkinan tetangga itu bernyanyi demikain karena mendapat perlakuan  kurang baik dari orang lain. Abu Hanifah merasa tidak perlu  mengeluhkan perlakuan buruk oleh orang lain karena ia hanya bergantung kepada Allah swt semata. Hal itu membuat Abu Hanifah  bersyukur  kepada Allah. Abu Hanifah juga takjub dengan kesabaran dan perlindungan Allah kepada lelaki itu, sekalipun ia seorang pemabuk.

Kemudian, Abu Hanifah dan Abu Yusuf  pergi menghadap kepada gubernur Kufah. Abu Hanifah disambut oleh gubernur dengan penuh penghormatan. Abu Hanifah mengutarakan maksud kedatangannya. Gubernur Isa bin Musa segera memerintahkan kepada petugas untuk melepaskan lelaki pemabuk itu.

Gubernur memenuhi permintaan Abu Hanifah begitu saja, tanpa bertanya tindakan kejahatan  apa yang  dilakukan oleh lelaki itu. Setelah itu petugas melepas lelaki tetangga Abu Hanifah itu, lelaki itu menangis di hadapan Abu Hanifah. Ia begitu terharu dengan tindakan Abu Hanifah lalu ia berkata, ”Wahai Imam Abu Hanifah, katakan yang harus aku lakukan?” Abu Hanifah menjawab, ”Engkau harus berjihad di jalan Allah”. Lelaki itu berkata, ”Aku akan berjihad dijalan Allah dan akan mati  sebagai syuhada.”. Kemudian Abu Hanifah bertanya lagi.” Bagaimana dengan istri dan anak-anakmu.? Lelaki itu berkata, “Aku  memilih berjihad di jalan Allah.” Abu Hanifah berkata,.Untuk mu aku berjihad  adalah mengurus istri dan anak-anakmu.

Setelah peristiwa itu, lelaki menjadi insaf, demikian Abu Hanifah tidak hanya rajin beribadah kepada Allah, akan tetapi juga  menolong tetangganya.

“Orang yang suka memikirkan kegembiraan untuk orang lain, maka terlebih dahulu kegembiraan itu  akan singgah kepadanya.”