close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday, 5 December 2016

Malulah Saat Berbuat Dosa


Jika berbuat akan berbuat dosa, maka usahakan jangan sampai Allah melihat perbuatanmu. Jika akan melakukan dosa, maka berbuatlah dosa jangan di Bumi Allah. Jika akan berbuat dosa, maka janganlah makan dari Rezeki Allah. | Ibrahim ibn Adham

Jika yang melihat perbuatan dosa dan maksiatmu itu adalah tetanggamu, kawan dekatmu, atau orang yang kamu hormati, apakah kamu akan meneruskan perbuatanmu? Lalu mengapa terhadap Allah kamu tidak malu, sementara Dia melihat apa yang kamu perbuat?

Masih pantaskah kita makan rezeki Allah sementara setiap saat kita melanggar perintahNya dan melakukan laranganNya? Kalau kamu numpang makan kepada seseorang, sementara setiap saat kamu selalu mengecewakannya dan dia melihat perbuatanmu, masihkah kamu punya muka untuk terus makan darinya?

Jika bertamu ke rumah seseorang, numpang makan dari semua miliknya, akankah kamu cukup tebal muka untuk melecehkan aturan-aturan tuan rumah itu sementara dia selalu tahu dan melihat apa yang kamu lakukan?

Dalam sebuah Atsar dari Dhahak, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu bahwa beliau berkata, "Wahai pendosa, janganlah kamu merasa aman terhadap akibat buruk dari dosamu. Ketika satu dosa diikuti dosa yang lain, itu lebih besar dosanya dari pada dosa yang sudah kamu lakukan.

Sedikitnya rasa malu kepada malaikat yang berada di sisi kanan dan kirimu ketika kamu sedang melakukan dosa, itu lebih besar dosanya daripada dosa yang sudah kamu kerjakan.

Tertawamu ketika berbuat dosa sedang kamu tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadapmu, itu lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri. Kebahagianmu dengan dosa yang kamu kerjakan itu lebih besar dosanya daripada perbuatan dosa itu sendiri.

Perasaan sedihmu karena tidak dapat melakukan perbuatan dosa itu lebih besar dosanya daripada dosa yang kau tanggung ketika dapat melakukan dosa itu. Rasa takutmu kepada hembusan angin yang dapat membuka tabir pintumu saat kamu tengah berbuat dosa dan tidak gelisah hatimu terhadap pengawasan Allah kepadamu, itu lebih besar dosanya daripada dosa yang kamu kerjakan.