Suatu hari disebuah desa terpencil ada seorang ibu yang baru saja melahirkan jabang bayinya disebuah Bidan terdekat rumahnya. Selailah sudah proses lahiran tersebut, kemudian ibu itu pun ingin melihat keadaan bayinya yang baru saja ia lahirkan. "Bisa saya melihat bayi saya?" pinta ibu itu kepada bidan tersebut. Namun, ketika gendongan berpindah tangan dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi perempuan mungil itu, si ibu terlihat menahan napasnya. Ternyata bayi yang dilahirkannya itu tidak lahir dengan sempurna, tanpa kedua belah telinga! Meski terlihat sedikit kaget, si ibu tetap menimang bayinya dengan penuh kasih sayang.
Dengan berjalannya waktu yang lama kini anak perempuan itu tumbuh dengan dewasa dengan kekurangan yang dimilikinya, kini anak perempuan itu selalu saja ada yang mengejeknya karna ia tidak mempunyai kedua daun telinga. Akan tetapi dengan kasih sayang dan dorongan semangat orang tuanya, meski punya kekurangan, ia tumbuh sebagai wanita cantik yang cerdas. Rupanya, ia pun pandai bergaul sehingga disukai teman-teman sekolahnya.
Suatu hari, ayah anak perempuan itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuk putri Bapak. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Maka, orang tua anak perempuan itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya kepada anak mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak perempuan itu, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata si ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Ia pun seperti terlahir kembali. Wajahnya yang cantik, ditambah kini ia sudah punya daun telinga, membuat ia semakin terlihat Indah.
Beberapa waktu kemudian, ia pun menikah oleh seorang lelaki tampan dan terhormat yang sangat mencintainya. Ia lantas menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orang tua perempuan itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari, tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga tersebut. Pada hari itu, ayah dan anak perempuan itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, si ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku. Sang ayah lantas menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak perempuan terjadi. Ternyata, si ibu tidak memiliki telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik si ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya, ‘kan?"
Melihat kenyataan bahwa telinga ibunya yang diberikan pada si anak, meledaklah tangisnya. Ia
merasakan bahwa cinta sejati ibunya yang telah membuat ia bisa seperti saat ini.
Cinta dan pengorbanan seorang ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tak bisa dinilai dan tergantikan. Karena itu, sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan jasa seorang ibu. Sebab, apa pun yang telah kita lakukan, pastilah tak akan sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik, dan merawat kita hingga menjadi seperti sekarang. Jadikan ibu kita sebagai suri teladan untuk terus berbagi kebaikan. Jadikan beliau sebagai panutan yang harus selalu diberikan penghormatan, sebab, dengan memperhatikan dan memberikan kasih sayang kembali kepada para ibu, kita akan menemukan cinta penuh ketulusan dan keikhlasan, yang akan membimbing kita menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.