Imam ibnu Atha’illah mengatakan “jangan sampai doa permintaanmu kepada Allah itu engkau jadikan sebagai alat (sebab) untuk mencapai pemberian Allah, niscaya akan kurang pengertianmu (ma’rifatmu) kepada Allah, tetapi hendaknya doa permintaanmu semata-mata untuk menunjukan kerendahan kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap kemuliaan kebesaran dan kekayaan Tuhanmu”.
jadi kalau kita meminta kepada Allah, jangan menganggap karena kita minta, Allah memberi, jika demikian berarti Allah diatur kita. Bagi kita, berdoa itu adalah ibadah, ikhtiar itu adalah amal sholeh, perkara Allah memberi itu terserah Allah saja.
Kita diperintahkan berdoa bukan untuk memberitahu Allah tentang keperluan kita, karena Allah maha tau, bahkan Yang Menciptakan kita punya keperluan juga Allah, jadi sebelum kita minta, Allah sudah tau keperluan kita, kenapa Allah tau keperluan kita? Karena dia yang menciptakan keperluan kita.
Kita tidak mengerti kenapa kita lapar, tapi lapar,kita perlu makanan. Allah yang menciptakan kita lapar, dan Allah juga yang tau kalau kita tidak ada makanan, kita tidak bisa ibadah kepada-NYA. Allah menciptakan haus, Allah juga yang menyediakan air.
Kalau setiap permintaan selalu berbuah pemberian, bagaimana kalau kita tidak minta, pasti tidak ada pemberian.
Sekarang banyak mana? banyak mintanya? atau banyak pemberian Allahnya?kalau setiap pemberian harus lewat minta, bagaimana? repot kita, sedang kita tidak tau semua keperluan tubuh kita. Misal:“ya Allah tolong panjangkan rambut saya, dengan kecepatan, coba mau berapa kecepatannya, 1 cm/menit, tolong ya Allah, komposisi rambut, jangan terlalu keras, nanti berdiri semua, jangan juga kekecilan, dan tolong ya Allah warnanya seragam.”
Rumit…, itu baru rambut, belum kebutuhan semua anggota tubuh ini, rumit sekali tubuh ini, dan tidak minta, dicukupi, benar?
Makanya akhwat tidak perlu pakai bulu mata palsu, karena bulu mata ini sudah diatur dengan keseimbangan otot mata, siapa yang bawa pakai bulu mata palsu, itu seperti kita bawa barbel, aka ada kelelahan otot mata, jangan heran, yang masa mudanya sering pakai bulu mata, nanti makin tua jadi sudah kelelahan ototnya, jadi gak bentuk lagi.
Jadi antara keperluan dengan permintaan beda, meminta ke Allah itu adalah ibadah, doa itu “mukh al-‘ibadah” saripatinya ibadah.
Yang terpenting dari doa bukan terkabulnya, yang terpenting dari doa adalah kita jadi hamba Allah, bener-bener merunduk, “saya itu tidak berdaya Allah yang maha kuasa, saya itu bodoh Allah yang maha tahu, saya itu miskin gak punya apa-apa, Allah yang punya segala-segala, saya itu kotor berlumur dosa, hanya Allah yang maha suci”.
Kalau doa bisa membuat kita nyungsep laahaulaawalaquwwata illabillah, itu sudah berhasil doanya.
Dikasih apapun bentuknya, mau cocokdengan yang kita minta, mau tidak cocok, tidak apa-apa, karena yang penting dari doa itu adalah berhasilnya kita mentauhiidkan Allah.
Dikabulkannya doa juga tidak harus cocok dengan yang kita inginkan, karena yang kita inginkan belum tentu yang terbaik menurut Allah, kitakan menginginkan sesuatu cendrung hawa nafsu.
Salah satu doa yang bagus itu seperti doanya Nabi Yunus, “laa ilaahailla anta subhanaka inni kuntu minandzoolimiin”.Itu doa ismul ‘adzom, jadi doa yang bagus itu adalah:
Mentauhiidkan Allah, laailaaha illa anta; tiada illah selain Engkau,
Mensucikan Allah, subhanaka; Maha suci Engkau. Intinya tidak ada yang kurang tidak ada yang salah tidak ada yang jelek, semua perbuatan Allah sempurna baiknya mau apapun yang terjadi subhanaka termasuk musibah yang menimpa kita pasti Allah itu baik, mau digimanainsaja tubuh ini, pasti perbuatan Allah itu baik.
Subhanaka inni kuntu mindzdzoolimiin; sedang saya inilah ya Allah orang yang dzolim, nah itu doa, laa haulaa walaa quwwata illabillah, tiada daya tiada kekuatan kecuali dari Allah yang maha agung, kita ngebungkukseperti karung yang tidak ada apa-apanya kecuali dikuatkan oleh Allah.
Jadi yang penting dari doa itu sebetulnya bukan fokus dikabulkannya tapi fokus: mentauhiidkan Allah, mensucikan Allahh, dan pengakuan atas kehambaan diri kita.