Pada suatu pagi, seorang murid bertanya pada gurunya, “wahai guru, mengapa saya susah memaafkan teman-teman saya yang suka menyakiti, padahal saya sudah mencoba ikhlas atas perbuatan mereka, tapi saya selalu saja merasa mendendam pada mereka.” Gurunya tidak menjawab, hanya membalas dengan senyuman. Saat selesai pelajaran, guru tersebut memberi tugas agar setiap murid membawa 1 kilogram kentang besok pagi.
Pagi harinya, guru menanyakan tugas pada tiap muridnya. Setelah puas, guru meminta agar setiap murid membawa 1 kilogram kentang itu kemanapun mereka pergi. Sang murid menanyakan kenapa mereka harus melakukan tugas itu, sang gurupun menjawab, “akan kujawab pertanyaanmu itu dan yang kemarin di hari terakhir setelah kalian membawa kentang itu”. Sang muridpun hanya taat perintah gurunya.
Pada hari pertama dan ke-2, murid berusaha membiasakan membawa kentang itu, pada hari ke-3 dan ke-4 bukannya terbiasa, mereka merasa sangat terganggu dengan kentang itu. Sampai hari ke-5 sang murid semakin terganggu karena kentang mulai membusuk sehingga mereka mengeluh pada gurunya, gurunya hanya berpesan agar mereka sabar.
Hari ke-6 mereka merasa seperti hanya dipermainkan sang guru, karena kentang itu sudah busuk, mereka sudah tidak tahan dengan bau busuknya. Hingga hari ke-7 kentang itu sudah sepenuhnya membusuk, banyak belatung didalamnya, dan tercium bau yang busuk menyengat. Sang guru memanggil murid-muridnya yang merasa jijik dengan kentang busuknya. Sang guru berkata, “sebelumnya saya minta maaf pada kalian atas tugas ini hingga kalian terganggu,” murid yang dahulu bertanya berkata, “maaf guru, mengapa guru menyuruh kami melakukan hal ini?” Sang guru menjawab, “tahukah kalian dengan pelajaran dari kentang busuk itu?”, “tidak guru”, jawab murid. “kentang busuk itu seperti rasa dendam dalam hati kita, berawal dari susah memaafkan saudara kita, menumpuk lama sampai menjadi dendam”. Murid bertanya, “terus apa yang harus kami lakukan dengan rasa dendam dan susah memaafkan itu, guru?” Sang guru menjawab, “sebagaimana kentang busuk itu, engkau pasti tidak tahan bersamanya, maka tiada cara lain selain membuang rasa dendam itu, jangan biarkan ia bersemayam di hati kita, maka kita akan merasa lega tanpa beban yang berat lagi”.
Murid bertanya lagi, “jika masih susah, bagaimana guru?”, sang guru menjawab, “senantiasalah berbaik sangka pada saudaramu, mungkin kesalahannya tidak disengaja, atau hanya salah paham, hendaknya kita selalu mengingat jasa baiknya, seakan mengukirnya di batu yang tidak mudah rusak, sebaliknya ukirlah perbuatan jeleknya di pasir yang mudah hilang ditiup angin. Ketahuilah memaafkan, baik sangka ataupun minta maaf itu berpahala, dan sebaliknya dendam, buruk sangka itu berdosa bahkan merusak hati, dirimu sendiri.”