Pada suatu hari ayahku datang kepadaku dan berkata tentang suatu hal yang aku perbuat. Yaitu sebuah perbuatan maksiat dan sebuah hal yang tidak diinginkan oleh setiap bapak terjadi pada anaknya, maka iapun berkata kepadaku, ” Engkau merokok?!”
Aku berkata kala itu, ”Demi Allah yang Mahaagung, aku tidaklah merokok !!”
Aku bersumpah atas nama Allah bahwa aku tidak merokok, namun aku lupa dengan apa yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
الْكَبَائِرُ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ
”Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh nyawa (orang lain) dan sumpah ghamus.” (HR Bukhari)
Sumpah dusta tersebut menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa dan berhak untuk diadzab di neraka. Sumpah dusta ini tiada baginya tebusan kecuali taubat yang sebenar-benarnya taubat. Wahai saudaraku, jika sumpah seorang pendusta tidak ada baginya tebusan melainkan dengan taubat yang benar, berapa banyakkah dari umat Islam sekarang ini yang berdusta dalam sumpahnya?
Kemudian — ketika itu — aku mengangkat suaraku di hadapan ayahku. Aku mempraktikkan sebuah pepatah ”Yakinkanlah mereka dengan suara yang keras” karena sesungguhnya ayahku tidak melihatku merokok secara langsung. Ia hanyalah mendengar tentangku saja. Aku telah mengangkat suaraku padahal Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ”ah” dan janganlah kamu membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al-Isra: 23)
Subhanallah!! Kata “ah” saja merupakan kedurhakaan yang paling kecil yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah. Wahai saudaraku, bagaimanakah halnya tatkala engkau mengangkat suaramu? Tentunya perkataan yang keluar dari mulutmu itu lebih dari sekedar kata “ah”. Dan engkau telah membuat ayahmu marah, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ridha Allah pada ridha orangtua dan murka Allah pada murka orangtua.”
Sementara kematian datang seperti kilat, datang hanya di antara dua huruf saja (كن ‘kun’) jadilah maka jadilah. Allah Ta’ala hanya berkata ‘kun’ (jadilah), kata tersebut dapat mengangkat derajat suatu kaum atau merendahkan derajat kaum yang lain, memuliakan atau menghinakan suatu kaum, melapangkan atau menyempitkan rezeki suatu kaum, mematikan atau menghidupkan, dengan kata ‘kun’ saja…
Wahai saudaraku, bagaimana engkau dapat mendurhakai ayahmu atau ibumu jika engkau tidak mengetahui kapan engkau mati?
Ketika aku berkata kepadanya, “Demi Allah aku tidak merokok” dan aku mengangkat suaraku di hadapannya, jadilah suaraku itu lebih tinggi dari suaranya, padahal dia sangat yakin bahwa aku merokok. Lepaslah doa dari ayahku kepadaku, maka ia berkata: “Jika kamu berdusta, semoga Allah mematahkan lehermu.”
Sekiranya saja wahai saudaraku, aku meninggal seketika itu juga sungguh betapa meruginya aku, rugi kehidupanku semuanya. Aku layak mendapatkan api neraka, karena ridha Allah terdapat pada ridha orangtua dan marah Allah terdapat pada marah orangtua.