Dalam satu riwayat, Ibnu Umar ra. berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rosulullah Saw., tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshor, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi Saw. dan bertanya, “Wahai Rosulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?” Rosulullah Saw. menjawab, “Yang paling baik akhlaqnya.” Kemudian ia bertanya lagi, “Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah, Thobroni)
Sahabat, seringkali kita menilai bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak gelarnya. Atau sering juga kita menganggap bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak menguasai bahasa asing. Tidak jarang juga kita menganggap bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang terampil mengembangkan teknologi tinggi.
Orang-orang dengan kemampuan seperti ini memang cerdas dalam pandangan kita. Akantetapi semua itu bukanlah kecerdasan sejati. Karena kecerdasan sejati adalah sebagaimana yang Rosulullah Saw. pesankan kepada kita dalam hadits di atas. Bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang paling mengingat kematian dan menyibukkan diri untuk mempersiapkan kematiannya.
Tidak ada seorangpun, sehebat apapun, sepintar apapun, yang bisa mengetahui kapan, di mana dan bagaimana ia meninggal dunia. Oleh karena itu, orang yang menyikapi misteri kematian dengan cara beramal sholih, memaksimalkan waktu yang ia miliki untuk mengerjakan hal-hal yang penuh manfaat bagi dirinya dan bagi banyak orang, inilah orang yang cerdas sesungguhnya.
Karena orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan dirinya menghadapi kematian akan banyak melahirkan karya-karya bernilai. Ia termotivasi untuk menjadikan usianya yang misterius itu agar penuh arti. Orang yang banyak mengingat kematian tidak akan membiarkan waktunya terbuang sia-sia, ia akan menggunakannya untuk beribadah, mengukir banyak prestasi di kehidupan dunia dan husnul khotimah. Maasyaa Allah!
Sahabat, semoga kita tergolong hamba-hamba Allah yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan bekal menuju kehidupan akhirat dengan amal-amal terbaik. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.