Sahabat, tak ada manusia yang tidak luput dari rasa sedih. Sedih dengan berbagai perkara seperti Kematian, kemalangan,
kehilangan, cacian dan makian, umpatan orang dan sebagainya.
Ada juga yang bersedih dengan
rupa parasnya, bersedih dengan kejadiannya, bersedih mengenangkan nasibnya,
sedih dengan cara hidupnya.
Tidak kurang juga yang sedih
dengan dirinya yang lemah, keimanannya yang rendah, ibadahnya yang sedikit dan
sebagainya.Ada waktu memang manusia akan merasakan kesedihan.
Allah SWT Berfirman:“Janganlah kamu bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita.”
(QS.At-Taubah:40)
Bagaimana jika kita tetap
merasa bersedih?
Artinya ada sesuatu yang salah
didalam hati kita. Dalam ayat diatas, kita tidak perlu bersedih sebab Allah
bersama kita. Jika kita masih juga bersedih, artinya kita belum merasakan
dekatnya dengan Allah
Yang dimaksud bersedih bukanlah
berarti menangis.
Menangis adalah bermaksud dalam
rangka takut dan berharap kepada Allah, supaya kita bebas dari api
neraka.
Bersedih yang dilarang adalah
kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukan
kelemahan diri.
Para Nabi juga pernah bersedih,bahkan Rasulullah SAW pun bersedih
saat ditinggal oleh orang-orang dicintai dan dicintai beliau. Namun, para Nabi
tidak berlebihan dalam bersedih.
Tetapi sindrom dari kalangan kita adalah, kita suka memanjangkan
kesedihan. Seakan Allah tidak wujud dalam kehidupan kita.
Rasulullah saw pun berdoa untuk
agar terhindar dari kesedihan:“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur.
Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud)
Sesungguhnya seorang mukmin itu tidak sepatutnya bersedih terlalu
lama karena dia ada Allah di sisinya dan kesedihan bukanlah cara seorang hamba
Allah mengabdikan diri kepadaNya.
Semoga kita termasuk hamba Allah yang tidak larut dalam kesedihan.
Aamiin