close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Wednesday, 15 August 2018

Kisah Orang-Orang Yang Berkurban





Kisah pertama, kisah Sahati (68) pada 2013 silam. Warga Kampung Kuta Lebak, RT 6 RW 5, Kelurahan Sriwidari, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi ini sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Hebatnya ia mampu menunaikan niatnya untuk berkurban, meski penghasilannya dari menjual plastik, botol, dan barang-barang bekas yang dikumpulkan tidak seberapa. Bagaimana ia bisa berkurban?
"Pokoknya saya pingin kurban. Karena itu, saya selalu sisihkan hasil keringat saya, meskipun cuma Rp 500 atau Rp 1.000 atau berapa saja. Baru beberapa bulan ini uang sering saya titipkan ke adiknya Bu RT," kata Sahati. Kerja keras Sahati menyisihkan penghasilan receh demi receh hingga tujuh tahun itu pun akhirnya membuahkan hasil. Pada Minggu (13/10/2013) domba yang dia idam-idamkan pun tiba di pekarangan rumahnya untuk dikurbankan.
Kisah kedua, Penjual nasi bungkus asal Kebumen, Jawa Tengah pada Idul Adha 2014 lalu membuat banyak orang malu. Yu Timah (60) yang tinggal di rumah berdinding bambu dan berantai tanah dengan pekerjaan hanya berjualan nasi bungkus, bisa membeli seekor kambing untuk dikurbankan. Meskipun penghasilannya dari berjualan nasi bungkus tak seberapa, didukung niat yang kuat akhirnya Yu Timah bisa berkurban.
Kisah ketiga, Penarik becak asal Purworejo, Jawa Tengah bernama Bambang menjadi buah bibir pada tahun 2013 silam. Seekor sapi ia kurbanan pada perayaan Idul Adha. Harga sapi yang lumayan mahal membuat banyak tetangganya salut dan heran, dilihat dari profesi Bambang yang hanya seorang tukang becak.
Bambang selama lima tahun menabung di bawah jok becaknya. Uang itulah yang ia gunakan buat membeli sapi. Hal itu tentu membuat tetangga dan keluarganya ikut senang dan bahagia, tentunya juga termotivasi akan kegigihan Bambang untuk berkurban meskipun hidup dalam keterbatasan.