Sahabat, pernahkah kita melihat orang yang bekerja keras mati-matian demi mengejar harta benda keduniaan, tapi malah kelelahan, dan tak kunjung membaik nasibnya? Sementara di tempat yang berbeda ada orang yang tak ambisius terhadap dunia tapi malah seolah harta dan kedudukan mengejar dirinya, berlimpah harta dan dihormati orang.
Sungguh hal yang demikian bukanlah sesuatu yang aneh. Sebab, segala sesuatu di dunia ini berada dalam pengaturan Allah. Tak ada yang luput dari aturan-Nya. Dan aturan-aturan Allah itu termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tak akan datang kepadanya kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan, barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringankan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta”. (HR Baihaqi dan Ibnu Hibban)
Kehidupan yang baik ini berupa kemudahan rezeki, atau kelapangan hati untuk selalu qana’ah atas pemberian Allah, atau mudahnya hati untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah.
Bandingkan dengan orang-orang yang kehidupannya semata-mata untuk mengejar dunia. Mereka dilanda keletihan. Saat mereka memiliki banyak harta, mereka tak memiliki waktu untuk diri mereka, untuk keluarga, untuk masyarakat, apatah lagi waktu untuk agama Allah. Waktunya tersita oleh kelelahan mengejar dunia.
Benarlah ungkapan yang selama ini beredar di masyarakat, “Kejar dunia, akhirat nggak dapet. Kejar akhirat, dunia ngikut”.
Oleh karena itu Sahabat, daripada kita mengalami dua kerugian akibat mengejar dunia, yakni kehilangan pahala akhirat sekaligus kelelahan mengejar dunia yang tak kunjung dapat, sungguh lebih baik kita beroleh dua keuntungan, yakni mendapatkan akhirat dan dikejar oleh rezeki duniawi.