close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Friday, 8 March 2019

Cintailah Kedua Orang Tua Kita


Cinta adalah fitrah. Cinta bagi setiap remaja diartikan sebagai rasa cinta yang dirasakan oleh seorang manusia kepada lawan jenisnya. Pengertian ini mengerdilkan makna cinta yang hakiki. Cinta ialah rasa suka, sayang terhadap sesuatu dan tidak hanya pada lawan jenis.

Ada banyak bentuk cinta yang indah. Cinta yang tak sekedar pemuas hawa nafsu semata. Tapi, cinta yang mampu mendekatkanmu dengan sang pencipta. Cinta yang mampu mendamaikan dan cinta yang bisa menghantarkanmu menuju syurga-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasulnya tentu saja yang utama.

Namun ada cinta lain yang juga akan membawamu kepada kemuliaan yakni cinta kepada orang tua. Cinta kepada orang tua mungkin banyak yang menganggap sebuah cinta yang lumrah. Sudah biasa dan pasti dilakukan oleh setiap anak. Tapi bukan cinta yang hanya sekedar ucapan “I love you mom, dad”. Menghormati dan taat kepada orang tua merupakan bentuk dari rasa cinta.

Sebagaimana Allah berfirman: “Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya.”(Al-Isra : 23)

Namun tahukah, ketaatanmu kepada aturan Allah merupakan bentuk kecintaanmu pada kedua orang tua, terutama ayahmu. Ayah merupakan pemimpin dalam keluarga, maka ia bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya yang lain termasuk anaknya. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang orang-orang yang dia pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pernahkah kita mengalami ketika ibu memanggil, rasa malas langsung menghimpit hati. Dalam hati langsung bersuudzan “pasti mau  nyuruh ini itu” padahal jauh dari yang kita bayangkan. Saat kita lelah, mereka memberikan perhatian dengan menawari sarapan, menanyakan keadaan dsb. tapi kita menjawabnya dengan acuh.

Kita tak pernah tahu apa yang ada dipikirnya. Mungkin dalam otaknya mereka sedang berfikir keras untuk mendapatkan uang. Dan uang itu bukan untuk diri sendiri melainkan untuk membayar iuran sekolah anak-anaknya, jajan anaknya. Pada satu titik, pasti mereka pernah menangis karena beban yang harus mereka tanggung akibat anaknya. Namun mereka tak pernah menganggap anaknya adalah beban bagi mereka.

Jangan hanya meminta maaf kepadanya di hari raya saja. Mintalah maaf kepadanya setiap hari. Perlihatkan wajah yang berseri padanya. Berikan suara terindah kita padanya karena kelak kita akan berpisah juga. Kelak akan ada yang hilang dari rumah kita. Akan ada masa saat tak ada lagi yang menanyai kabar kita, memasakkan makanan untuk kita. Bahkan kelak kita akan melihat baju-baju mereka hilang dari lemarinya. Kelak mereka akan tiada. Bisa jadi kita yang lebih dahulu meninggalkannya.