Sahabat pasti pernah mendengar sebuah ungkapan kalimat: “Mulutmu Harimaumu!”. Maksud dari ungkapan kalimat tersebut sebenarnya sangat sederhana, yaitu kata-kata dalam bentuk apapun, bisa menjadi senjata yang ampuh untuk menyakiti hati orang lain, bahkan bukan tidak mungkin dapat berbalik menyakiti kita sendiri.
Kita sebagai umat Islam harus sangat berhati-hati dalam bertutur kata. Bisa jadi sebuah permusuhan berawal dari candaan yang menyakitkan hati, bisa jadi kehancuran keluarga berawal dari perkataan kita. Dan masih banyak lagi cerita atau kasus yang berakhir menyedihkan yang semuanya diawali dari sebuah perkataan yang tak terkontrol dari mulut kita.
Dibawah ini ada beberapa cerita yang dapat dijadikan contoh bagaimana sebuah perkataan dapat merusak keadaan hingga menjadi sebuah hal yang merugikan orang-orang yang terlibat di dalamnya:
Cerita 1 :
Seorang teman bertanya : 'Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu ?".
Ia menjawab : "1,5 juta rupiah".
"Cuma 1,5 juta rupiah? sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu ?".
Sejak saat itu temanmu jadi membenci pekerjaannya. lalu dia meminta kenaikan gaji pada pemilik toko, pemilik toko menolak dan mem-PHK nya. Kini temanmu malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.
Cerita 2 :
Saat arisan seorang ibu bertanya : "Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ? bukankah anak-anakmu banyak ?".
Rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
Cerita 3 :
Saudara laki-lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan : "Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ?"
"tidak ada" jawab adiknya pendek.
Saudara laki-lakinya berkata lagi : "Masa sih, apa engkau tidak berharga disisinya ? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa".
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah, keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami istri ini terjadi perceraian.
Dari mana sumber masalahnya ?
Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki kepada adik perempuannya.
Cerita 4 :
Seseorang bertanya pada kakek tua itu : "Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan ?".
Si kakek menjawab : "Sebulan sekali".
Yang bertanya menimpali : "Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Diusia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering".
Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.
Apa sebenarnya keuntungan yang di dapat ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di atas?
Jagalah diri dan jangan mencampuri kehidupan orang lain. Jangan Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka dan lain-lain. Kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini.
Dalam sebuah hadits disebutkan :
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
“Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.” (HR. Imam Ahmad, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).
Maksud dari hadits tersebut adalah, penting sekali menjaga lisan, demi terjaga pula hati dan tentunya iman kita. Karena kebersihan hati tercermin dari terjaganya lisan, dan hal tersebut sangat berpengaruh pada tingkat keimanan kita kepada Allah SWT.