Hidup adalah Pilihan. Simple memang, namun kalimat itu banyak mengandung makna baik secara harfiah maupun etimologi. Jika boleh mengejawantahkan arti hidup, bahwa Hidup adalah tentang mengikhlaskan masa lalu, mensyukuri masa kini dan memperjuangkan serta mendo'akan masa depan.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S Al-Baqarah : 216)
Ayat ini bisa dijadikan salah satu bukti bahwa sangat wajar jika dalam hidup kita dihadapkan dengan harapan yang berbuntut pada kekecewaan. Karena pada dasarnya Alla-lah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita. Jika kenyataannya sesuai dengan harapan berarti yang kita anggap baik dan kita pilih memang itulah yang terbaik, jika sebaliknya, maka ambillah hikmahnya bahwa Allah SWT telah menyiapkan yang jauh lebih baik sebagai gantinya.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.“ (Q.S Al-Baqarah :172)
Bersyukur mulai dari hal kecil, atas udara yang sampai detik ini masih kita hirup secara gratis dan bebas. Boleh jadi kelak kita akan membeli udara karena nyatanya beberapa titik bumi kini tercemar karena ulah manusia yang berbuat kerusakan. Maka dari itu kita harus jauh lebih mensyukuri nikmat udara bersih yang masih bisa kita hirup sekarang.
Segala sesuatu ada aturan mainnya termasuk ikhtiar untuk masa depan. Dalam sebuah kaidah dikatakan, Al-ghoyatu la tubarrirul wasilah, artinya: untuk meraih suatu tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara.
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya (mencukupkan keperluannya)." (QS. Ath-Tholaq: 2-3).