Orang Tua lebih suka membicarakan orang dewasa. Karena itu, orang tua harus meminta saran atau bermusyawarah dengan sang anak atas masalah yang dikuasai sang anak.
Anak-anak kita akan mengambil alih itu oleh orang tua. Demikian pula, berhasillah orang tua tidak membodoh-bodohkan domba. Namun sebaliknya, sang anak pun harus mengeluarkan pendapat dan pendapatnya kepada orang tua dengan penuh kesantunan dan kelembutan.
Kondisi ini mungkin dapat tergambar dengan jelas, kompilasi sang anak sudah mulai menginjak usia remaja, atau usia kuliah. Sementara dunia remaja atau dunia perkuliahan orang tua itu berbeda jauh antara masa lalu orang tua dan masa sang anak. Orang-orang yang suka bertanya, berpendapat dan memberi saran, agar lebih menjelaskan tentang yang dibicarakan oleh sang anak. Di samping, itu bisa jadi soal pendapat anak lebih tepat dalam beberapa kasus dibandingkan dengan pendapat orang tuanya.
Di antara dalil (kisah) yang menunjukkan pendapat dan pandangan anak yang lebih tepat dibandingkan orang tuanya adalah firman Allah Ta’ala :“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu yang berbeda memberikan keputusan tentang tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami Menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. M alias Kami telah memberikan pemahaman tentang Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat). Dan bagi masing-masing mereka , telah Kami berikan hikmah dan ilmu.” (QS. Al – Anbiya’: 78-79 )
Di antara hikmah dan orang tua meminta pendapat anak dalam diskusi yang membahas sang anak meminta keluarga tidak dibangun model komando diktatoris, namun lebih ke pola argumentatif. Oleh karena itu, perlunya orang tua tidak selalu percaya dengan pendapatnya.
Akan tetapi, orang tua akan mau mendengarkan saran dan pendapat anak-anak, meminta jika didukung dengan argumen dan argumentasi yang jelas, sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh oleh sang anak.