Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, suci, bersih, dan senantiasa nyaman dalam ketaatan kepada Allah. Namun, jiwa anak juga Allah ilhamkan potensi baik dan buruk (takwa dan fujur).
Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari&Muslim)
Firman Allah, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar Rum:30)
Dan firman Allah dalam Al Quran, “Demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia ilhamkan kepadaNya jalan fujur dan ketakwaannya.” (QS. Asy Syams: 7-8)
Allah menugaskan orangtua untuk memelihara fitrah itu agar senantiasa menyala dalam diri anak-anaknya, memberikan atmosfer kehidupan yang membuat potensi buruk (fujur) dalam jiwa anak tidak tumbuh dan berkembang. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan selalu menghadirkan Allah dalam diri anak kita.
Tidak harus semua kata disampaikan, karena kadang terasa terlalu panjang untuk anak.
Bisa saja hanya tiga atau empat poin.
Mungkin anak akan bertanya tentang maksud dari kalimat-kalimat tersebut atau malah dapat menyimpulkan sendiri. Misalkan dengan mengatakan, “Ya Bunda. Jadi, kita tak perlu takut hantu ya, kan ada Allah menemani.”
Memang diperlukan atmosfer harian yang kental agar kalimat-kalimat yang kita bisikkan tersebut tergambar kemudian tertanam dengan kuat dalam benaknya. Lagi-lagi memang mendidik anak tak lain adalah mendidik diri kita sendiri, orang tuanya. Membesarkan mereka tak lain adalah membesarkan jiwa dan batin kita sendiri. Semoga kita mampu mewujudkan kalimat-kalimat tersebut dalam hari-hari kita sehingga anak-anakpun mendapat bisikan cintanya yang nyata.
Aamiin Allahumma aamiin.