close

Silahkan kunjungi website program-program mulia kami, klik tombol dibawah ini

www.rumahyatimindonesia.org


Telp. 0265-2351868 | WA 0878 8555 4556

Monday, 24 August 2020

MENGAKUI KESALAHAN SENDIRI



Salah satu cerita datang dari sebuah hadits yang diriwayatkan An-Nasa’i dan Abu Dawud dari Abu Said bin Jubair. Dalam hadist tersebut diceritakan bahwa  suatu ketika Rasulullah sedang membagi-bagikan sesuatu kepada para sahabatnya. Naasnya, pada kesempatan itu ada salah seorang sahabat yang jatuh dan mengenai pelepah kurma yang dibawa Rasulullah hingga menjerit kesakitan.

Melihat kejadian itu, Rasulullah langsung memanggil sahabat tersebut. Bukan menyuruhnya untuk tutup mulut, Rasulullah malah meminta sahabat tersebut untuk membalasnya. Yakni, menusuk perut Rasulullah dengan pelepah kurma juga sebagai bentuk sikap berani mengakui kekhilafan. Tentu saja, sahabat tersebut langsung menolak permintaan tersebut. Ia mengaku sudah memaafkan apa yang dilakukan Rasulullah itu. Kisah lain tentang Rasulullah yang berani mengakui kesalahan diri datang dari Ibnu Umar. Dikutip buku Love, Peace, dan Respect: 30 Teladan Nabi dalam Pergaulan, diceritakan bahwa suatu saat Rasulullah sedang mengimami shalat. Pada saat membaca suatu surat –setelah membaca Fatihah- Rasulullah tiba-tiba lupa dan ragu untuk membaca terusan sebuah ayat dalam surat tersebut.

Setelah shalat, Rasulullah menghampiri Umar bin Khattab yang menjadi salah satu makmumnya. Kepada Umar bin Khattab, Rasulullah bertanya perihal apakah ayat yang dibacanya di dalam shalat ada yang keliru. Umar bin Khattab mengiyakan. Rasulullah salah dalam membaca ayat tersebut.  “Aku lupa, mengapa kamu tidak mengingatkan,” kata Rasulullah kepada Umar bin Khattab dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud. Selain itu, ada kisah tentang bagaimana Rasulullah mengakui kesalahan diri yang begitu menyentuh. Dikutip dari buku Kisah Teladan Rasulullah Menghadirkan Jiwa Muraqabah Lewat Puasa, pada saat Rasulullah jatuh sakit –beberapa hari sebelum wafat- ia meminta para sahabat untuk membawanya ke masjid. Usai didudukkan di mimbar, Rasulullah meminta Bilal untuk memanggil semua sahabatnya agar datang ke masjid. Pada saat itu, Rasulullah menyampaikan banyak hal. Mulai dari nasihat, petuah, hingga pertanyaan kepada para sahabatnya. Rasulullah bertanya apakah dirinya memiliki hutang kepada para sahabatnya. Awalnya, para sahabat menjawab bahwa Rasulullah tidak memiliki hutang sama sekali kepada para sahabat, bahkan sebaliknya.  

Akan tetapi, tiba-tiba ada seorang sahabat yang mengacungkan tangan. Akasyah namanya. Ia mengaku kalau Rasulullah memiliki ‘masalah’ dengannya. Apakah itu disebut hutang atau tidak, ia tidak tahu. Namun yang pasti, Akasyah meminta Rasulullah untuk menyelesaikan ‘masalahnya’ itu.  Akasyah lalu bercerita, dulu pada saat perang Uhud Rasulullah mengayunkan cemeteri ke belakang kudanya. Akan tetapi, Akasyah menyebutkan kalau ayunan cemeti Rasulullah tersebut mengenai dadanya, bukan belakang kuda Rasulullah. Setelah mendengar cerita Akasyah, Rasulullah mengakui kalau itu adalah kekhilafannya. Rasulullah pun meminta Akasyah untuk melakukan hal yang sama; memukul dada Rasulullah dengan cemeti. Singkat cerita, Akasyah tidak jadi memukul Rasulullah. Ia malah memeluk tubuh Rasulullah dengan erat.