Salah satu cerita datang dari sebuah hadits yang diriwayatkan An-Nasa’i dan Abu Dawud dari Abu Said bin Jubair. Dalam hadist tersebut diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah sedang membagi-bagikan sesuatu kepada para sahabatnya. Naasnya, pada kesempatan itu ada salah seorang sahabat yang jatuh dan mengenai pelepah kurma yang dibawa Rasulullah hingga menjerit kesakitan.
Melihat kejadian itu, Rasulullah langsung memanggil sahabat tersebut. Bukan menyuruhnya untuk tutup mulut, Rasulullah malah meminta sahabat tersebut untuk membalasnya. Yakni, menusuk perut Rasulullah dengan pelepah kurma juga sebagai bentuk sikap berani mengakui kekhilafan. Tentu saja, sahabat tersebut langsung menolak permintaan tersebut. Ia mengaku sudah memaafkan apa yang dilakukan Rasulullah itu. Kisah lain tentang Rasulullah yang berani mengakui kesalahan diri datang dari Ibnu Umar. Dikutip buku Love, Peace, dan Respect: 30 Teladan Nabi dalam Pergaulan, diceritakan bahwa suatu saat Rasulullah sedang mengimami shalat. Pada saat membaca suatu surat –setelah membaca Fatihah- Rasulullah tiba-tiba lupa dan ragu untuk membaca terusan sebuah ayat dalam surat tersebut.
Setelah shalat, Rasulullah menghampiri Umar bin Khattab yang menjadi salah satu makmumnya. Kepada Umar bin Khattab, Rasulullah bertanya perihal apakah ayat yang dibacanya di dalam shalat ada yang keliru. Umar bin Khattab mengiyakan. Rasulullah salah dalam membaca ayat tersebut. “Aku lupa, mengapa kamu tidak mengingatkan,” kata Rasulullah kepada Umar bin Khattab dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud. Selain itu, ada kisah tentang bagaimana Rasulullah mengakui kesalahan diri yang begitu menyentuh. Dikutip dari buku Kisah Teladan Rasulullah Menghadirkan Jiwa Muraqabah Lewat Puasa, pada saat Rasulullah jatuh sakit –beberapa hari sebelum wafat- ia meminta para sahabat untuk membawanya ke masjid. Usai didudukkan di mimbar, Rasulullah meminta Bilal untuk memanggil semua sahabatnya agar datang ke masjid. Pada saat itu, Rasulullah menyampaikan banyak hal. Mulai dari nasihat, petuah, hingga pertanyaan kepada para sahabatnya. Rasulullah bertanya apakah dirinya memiliki hutang kepada para sahabatnya. Awalnya, para sahabat menjawab bahwa Rasulullah tidak memiliki hutang sama sekali kepada para sahabat, bahkan sebaliknya.