Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada kedua orang tua untuk selanjutnya dididik, dibina dan dibesarkan sesuai dengan fitrohnya manusia. Seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari figur seorang ibu. Ibu sebagai sekolah pertama bagi sang anak dan mempunyai kewajiban atas anak. Di antaranya adalah menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS Al-Baqoroh: 233)”
Dalam keseharian, para ibulah yang memegang peranan penting dalam pengasuhan dan pendidikan putra-putrinya. Pernahkah para ibu merenungkan sejauh mana peranan yang mereka mainkan akan berpengaruh dalam perjalanan hidup si anak? Kita semua tahu bahwa semua perbuatan manusia selama di dunia dicatat dalam sebuah buku yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah..
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Rosululloh dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan Fitroh yang diberikan Allah kepada seorang ibu. Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja.
Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan. Kemudian menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah yang shahih.
Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik, menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi, bukan perkara yang ringan. Bekal pendidikan dari sekolah berkualitas, menanamkan rasa tanggung jawab dan disiplin serta moral tidaklah cukup, jika tidak diimbangi dengan bekal pendidikan agama yang baik.
Bekal pendidikan rohani yang harus para ibu tanamkan sejak dini adalah membangun keyakinan yang kuat dalam hati mereka tentang ke-esa-an Allah, mengajarkan rasa cinta yang besar pada Nabi Muhammad dan mengajarkan mereka nilai-nilai serta ketrampilan yang akan bermanfaat bagi kehidupan mereka saat dewasa nanti.
Sejak dini, tanamkan pada diri anak-anak tentang konsep Tiada tuhan Selain Allah. Allah tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Selalu mengingatkan pada anak-anak bahwa Allah Mahatahu apa yang ada di bumi dan di langit, agar anak-anak selalu menjaga ucapan dan tindakannya.
Seorang anak terlahir di atas fitroh, sebagaimana sabda Rasululloh, maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya. Ibu sebagai madrassatul ula terus membimbing dan mengajarkan anaknya untuk bisa melaksanakan shalat, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya serta mendahulukan keduanya, mengajarkan Alquran dan menyuruh Anak-anak untuk mengahafalkannya, menanamkan kejujuran, menanamkan sifat sabar, menyadarkan kepada anak tentang berharganya waktu, dan lain sebagainya.
Intinya, semua potensi kebaikan mestilah senantiasa diajarkan orang tua khususnya ibu kepada sang buah hati agar ia terbiasa menerima lingkungan dan pengetahuan yang baik. Kerana panca indra sang anak adalah sesuai dengan apa yang disinyalkannya. Ketika potensi kebaikan lebih dominan ketimbang potensi keburukan, maka sang anakpun akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh iman dan kokoh akhlaknya. Tapi sebaliknya, jika potensi keburukan yang lebih dominan, maka kemungkinan besar sang anak akan tumbuh jauh dari norma-norma islami. Disinilah sekali lagi peran orang tua sangat vital, terutama sang ibu. Karena secara psikologis sang anak akan lebih banyak bergaul dengan sang ibu.
Jadilah pribadi muslimah yang baik, seorang ibu yang patuh dan ta’at terhadap syariat-Nya. Agar semua kebaikan dan ketakwaan kita dapat terpancar terhadap perilaku generasi kita. Jika sudah melekat pada diri kita wahana-wahana keta’atan, niscaya sang anak dengan sendirinya akan mengikuti dan menyesuaikan diri. Sehingga terciptalah pribadi anak yang benar-benar berbakti, bukan hanya kepada kedua orang tua, akan tetapi juga kepada Allah.