Kisah ini diceritakan imam al ghazali dalam
kitabnya yang berjudul Mukasyafatul qulub. Diceritakan bahwa ada seorang ulama
yang rajin bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan ibadah shalat
tahajud, dia adalah Abu Bin Hisyam. Pada saat itu, dia hendak berwudhu untuk
melaksanakan shalat tahajud, tiba-tiba dia kaget karena kedatangan sesosok
makhluk di bibir sumur.
Abu bin Hisyam bertanya, “Wahai makhluk Allah
siapakah engkau?”
“Aku adalah malaikat utusan Allah Swt.”
Abu bin Hisyam pun merasa kaget dan bangga
dalam waktu bersamaan. Lalu dia bertanya lagi,
“Apa yang kamu lakukan disini?”
“Aku diperintahkan untuk mencari hamba
pecinta Allah.”
Abu bin Hisyam melihat bahwa malaikat
tersebut membawa sebuah buku catatan yang tebal, dia pun penasaran.
“Wahai malaikat, buku siapakah yang engkau
bawa?”
“Ini adalah kumpulan nama-nama hamba pecinta
Allah Swt.”
Abu bin Hisyam berharap bahwa namanya
tercantum di dalam buku tebal tersebut, dia pun menanyakannya. Karena wajar
saja, dia adalah orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud dan bermunajat
kepada Allah Swt. Malaikat pun mulai mencari namanya. Namun, tidak ada nama Abu
bin Hisyam yang tercatat pada buku tebal tersebut. Abu bin Hisyam meminta
malaikat mengecek ulang namanya, barangkali terlewat, namun tetap sama namanya
tidak tercantum.
Abu bin Hisyam bergetar, tersungkur jatuh dan
menangis. “Betapa ruginya aku yang
selalu tegak berdiri pada malam untuk shalat tahajud dan bermunajat tapi namaku
tidak termasuk dalam golongan hamba pecinta Allah Swt.”
“Wahai Abu bin Hisyam, bukan aku tidak tahu
engkau bangun setiap malam ketika yang lan tidur, mengambil air wudhu dan
kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku di
larang Allah untuk mencatat namamu.”
Abu Hisyam semakin penasaran. “Mengapa Allah
melarangmu untuk mencatat namaku? Apa gerangan yang menjadi penyebabnya?”
“Engkau memang bermunajat kepada Allah Swt,
tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga akan hal itu kemana-mana dan asyik
beribadah memikirkan diri sendiri. Di kanan kirimu ada orang sakit dan lapar.
Engkau tidak jenguk dan tidak memberi makan.
Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah? Dan dicintai
oleh Allah. Kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang
diciptakan oleh Allah Swt.
Abu bin Hisyam termenung dan tersadar. Jika
ternyata ibadah bukan semata hanya urusan makhluk dan khaliq semata, namun juga
dengan sesama manusia dan alam semesta.