Kisah
ini diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam shifat Ash-Shafwah.
Dari
Ali Al Muwaffaq, ia berkata aku mendengar Hatim berkata, “Ketika aku
berkeliling, tiba-tiba ada orang berkebangsaan Turki melemparku dan menangkapku
dengan tali laso. Hingga aku terjatuh, lalu ia turun dari kudanya dan langsung
berada di atas dadaku dengan memegang jenggotku yang lebat ini. Setelah itu ia
mengeluarkan pisau untuk menyembelihku.”
Hati
Hatim tidak berada dalam dirinya maupun pisaunya, akan tetapi ada di tangan
Allah. Hanya keputusanNya yang Hatim tunggu. Lalu Hatim berdoa,
“Ya
Allah, jika Engkau memutuskan aku disembelih olehnya, maka aku pasrah. Karena
aku hanya milikMu.
Ketika
Hatim sedang berdoa, dan orang berkebangsaan turki itu yang sedang duduk di
atas dadanya, yang masih memegang jenggotnya untuk menyembelih. Tiba-tiba saja orang-orang muslim
melemparinya dengan anak panah dan tepat mengenai tenggorokannya. Lalu ia pun
terjatuh.
Dari
kisah tersebut kita bisa mengambil hikmah, bahwa hati kita berada dalam kekuasaan
Allah agar kita bisa melihat indahnya keajaibanNya. Bahwasanya kekuatan sebuah
doa itu sangatlah luar biasa. Apalagi doa-doa orang yang teraniaya. Maka dari
itu, jangan pernah putus berdoa dan bermunajat kepada Allah. Karena siapa tau
satu dari doamu akan segera dikabulkan oleh Allah yang Maha Baik.