Manusia hanyalah pengendara di atas punggung usianya. Yang melakukan perjalanan melalui dunia fana. Digulung hari demi hari, bulan makin menghilang, dan tahun tanpa terasa. (Baca juga : Siapa Sebenarnya Aku)
Namun sebenarnya waktu tidak pernah berubah. Dia akan terus berputar dan kembali kepada keadaan semula. Maka sebenarnya dunialah yang makin kita jauhi dan liang kuburlah yang makin kita dekati.
Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian. Umur kita tidak akan penah bertambah walau detik terus merambat.
Satu hari berlalu, berarti satu hari pula berkurang umur kita. Umur kita yang tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya, Sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.
Rasulullah SAW Bersabda”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi).
Karena itu
Jika hari berlalu tapi kita tiada Kebaikan. Dan Kebajikan yang kita lakukan maka akan keringlah batin kita. Dan tanduslah samudra hati kita
Jangan tertipu dengan usia muda, dan jangan terperdaya dengan pesona wajah
Karena syarat untuk mati tidaklah harus tua. Karena untuk meninggalkan dunia tidaklah menunggu keriput wajah.
Jangan tertipu dengan jiwa yang enejik, dan jangan terperdaya dengan badan sehat,
Karena syarat untuk mati tidak pula harus sakit.
Teruslah berbuat baik, berkata baik!
Kritisi semua yang kurang baik,
Dan hindari semua yang tidak baik.
Walau tidak banyak orang yang mengenal kita, tapi kebaikan dan kebajikan yang kita lakukanlah yang akan menuntun kita pada kedamaian dan kebahagiaan,
Dan akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan.
Setiap Manusia ada Bahagiannya
Dan setiap manusia ada penderitaannya
Wallahu a’lam bish-shawab