Rumah tangga yang bahagia adalah dambaan setiap pasangan yang sudah menikah. Rumah tangga yang bahagia tentu tidak dapat terjadi tanpa adanya proses dan pembelajaran dari masing-masing pasangan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dalam rumah tangga bukanlah sebagai hasil yang tiba-tiba melainkan tahapan yang membutuhkan jatuh bangunnya usaha.
Islam sendiri memerintahkan agar manusia yang menikah hendaknya mengurus keluarganya, agar tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Tentu bukan hal mudah, namun juga bukan berarti tidak bisa. Yang jelas rumah tangga sakinah mawaddah dan rahmah adalah proses yang berkelanjutan dan harus dipertahankan bukan sekali tercapai dan terus menerus akan ada di setiap pasangan.
Banyak yang mengatakan, bahwa jika ingin rumah tangga sakinah, maka para istri harus selalu dibahagiakan oleh sang suami. Jika istri bersedih, itu disebabkan karena kesalahan dari pasangannya yang tidak bisa membuatnya bahagia. Bukan sebuah anggapan yang salah, karena memang sudah kewajiban bagi para suami untuk senantiasa bersikap lemah lembut terhadap istrinya. Namun, rasa sakinah yang hadir dalam rumah tangga itu tidak hanya diciptakan oleh para suami. Melainkan juga dari peran istri sholihah melalui ketaatan serta kebaikan dalam dirinya.
Karena, jika standar kebahagiaan sebuah rumah tangga dipatok hanya berdasarkan apa yang suami berikan, maka kita sebagai istri akan mudah kecewa jika yang telah pasangan beri, tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sejatinya duhai istri, kebahagiaan dalam hati itu harus bisa kita ciptakan sendiri. Tidak bergantung pada diri pasangan kita.
Rumus bahagia pada rumah tangga ada pada hati yang penuh syukur dan jiwa yang penuh sabar. Bersyukur atas setiap kelebihan dan kekurangan pasangan, serta bersabar atas setiap ujian yang Allah berikan.
Ada banyak niat yang dimiliki setiap orang untuk berumah tangga. Ada yang sekedar karena cinta manusia, ada yang karena harta, ada yang karena prestis, dan lain sebagainya. Tentu saja umat islam harus menjalankan rumah tangga atas niat karena ibadah. Niat ini tentunya adalah niat diatas segala niat.
Niat ibadah ini sebagaimana disampaikan Rasulullah bahwa menikah adalah menggenapkan setengah agama. Untuk itu, menjalankan rumah tangga tentu saja bagian dari ibadah karena di dalamnya suami istri bisa saling membangun akhlak, mengingatkan, mensupport, menghasilkan keturunan, dan lain sebagainya.
Kita mungkin telah dibuat kecewa, tapi kita tetap bisa memilih untuk bahagia, tatkala hati kita bergantung hanya kepada Allah saja. Saat kita penuh harap akan ridhoNya, yakinlah Allah akan mencurahkan segenap kasih sayang-Nya.
Suami dan istri dalam rumah tangga masing-masing memiliki fungsi tersendiri, karater yang berbeda, dan juga latar belakang yang bermacam-macam. Untuk itu,dalam rumah tangga yang ingin bahagia tentu saja harus saling memahami dan menutupi kekurangan.
Setiap perbedaaan dan kekurangan maka tidaklah harus menjadi perdebaan dan menjadi hal yang membuat pertikaian atau perceraian. Masing-masing kekurangan harus ditutupi dengan kelebihan masing-masing. Tidak ada pasangan yang sempurna dan tidak ada pula rumah tangga yang pasti paling bahagia atau paling sempurna.