Di era media sosial sekarang ini membuat kita mau tidak mau akan melihat postingan tumbuh kembang anak orang lain.
Bahayanya adalah ketika kita membandingkannya dengan anak kita sendiri. Lalu mengubah standar kita, lalu memforsir anak kita supaya seperti mereka. Tanpa memperhatikan atau melihat kemampuan atau bakat anak kita sendiri.
Percayalah, bahawa setiap anak itu berbeda, unik dan punya bakat masing-masing. Jangan membandingkan apalagi memaksa mereka untuk seperti mereka.
Seringnya ketika melihat tumbuh kembang anak orang lain kita bandingkan juga terhadap anak kita yang akhirnya membuat kita menjadi minder, ternyata ini adalah sebuah racun medsos.
Akhirnya kita mikir ‘Kok anak kita belum bisa ini yah, anak dia uda bisa’ ‘Kok anak kita beratnya gak naik-naik ya, anaknya si B naik tiap bulan setengah kilo’ ‘Kok anak kita belum bisa jalan, anaknya dia uda lari aja’ ‘Kok anak kita belum bisa bicara, anaknya dia udah bisa baca buku’
Racun membandingkan anak ini tidak hanya berbahaya bagi ibu, tapi bagi anaknya juga. Akhirnya penerimaan kita terhadap anak menjadi berkurang, akhirnya kita terlalu sibuk memforsir anak kita supaya begini dan begitu, alhasil ibu menjadi stress dan anakpun ikut stress.
Sayangnya di era medsos ini kita tidak dapat menutup mata dan telinga kita dari hal-hal tersebut. Yang kita bisa adalah menguatkan diri kita bahwa kita harus menerima anak kita apa adanya dengan ketulusan dan meyakinkan diri kita bahwa setiap anak itu unik, tidak bisa dibanding-bandingkan.
Terkadang satu-satunya motivasi membandingkan anak kita dengan orang lain adalah untuk memicu kompetisi pada anak. Sehingga perasaan ini dapat mendorong anak untuk tampil setara dengan kemampuan dan keunggulannya. Daya saing jelas merupakan kekuatan pendorong menuju kinerja.
Tetapi apakah ini bekerja untuk anak Anda? Tidak ada dua anak yang sama ‘mereka memiliki bakat yang berbeda, minat, berkembang pada tingkat yang berbeda dan memiliki kekuatan yang berbeda.
Secara praktis, orang tua dapat membangun atau menghancurkan kepercayaan diri dan harga diri anak mereka. Mengekspresikan ketidakbahagiaan karena kinerja yang buruk atau membual tentang prestasinya; keduanya sesuai.