Sebelum menikah, banyak anak muda membayangkan keluarga akan bahagia bila memiliki suami yang ganteng dan kaya, atau memiliki istri yang cantik jelita.
Mereka membayangkan sebuah keluarga bahagia dengan mobil mewah, rumah megah dan investasi melimpah.
Benarkah mereka akan bahagia apbila bisa memiliki itu semua? Belum tentu.
Kecantikan istri ketampanan suami, kekayaan, harta benda, penampilan yang menarik, tubuh yang seksi, otot yang kekar, mobil mewah, rumah megah, jabatan tinggi, posisi penting, pangkat yang hebat, dan lain sebagainya, itu hanya asesoris pelengkap kebahagiaan. Bukan modal utama kebahagiaan.
Modal utama meraih kebahagiaan keluarga adalah hati yang bersih, hati yang selalu mengingat Allah, hati yang pandai bersyukur.
Kebahagiaan itu bersemayam di dalam hati yang bersih. Jika hati pandai bersyukur, hati selalu tenang dan damai, maka rumah tangga akan nyaman dan tenteram sepanjang masa.
Namun jika hati selalu gelisah dan resah, hati yang tidak mampu bersyukur, selalu merasa kurang, selalu merasa menyesali apa yang terjadi, maka rumah tangga akan mudah goyah.
Kebahagiaan harus dimulai dari hati, bukan dari materi.
Banyak keluarga yang berkecukupan bahkan lebih dari segi materi, namun mereka tidak menemukan kebahagiaan.
Banyak lelaki tampan rupawan, memiliki istri cantik, bergelimang harta benda, namun mereka tidak bahagia.
Banyak perempuan cantik jelita, memiliki tubuh indah menawan, memiliki suami kaya raya, namun hidupnya tidak bahagia.
Mereka lupa bahwa bahagia itu letaknya bukan pada kecantikan istri. Bukan pada ketampanan suami. Bukan pada melimpahnya materi.