Orang Tua harus berusaha memenuhi semua kebutuhan anaknya. Jangan terus-terusan memenuhi kebutuhan materialnya saja (seperti makan, jajan, mainan, pakaian, dan lain sebagainya). Penuhi juga kebutuhan non-materialnya seperti; dicium keningnya, diajarkan dan diajak shalat, main dan bercanda bersama, silaturahim ke sanak saudara, diajak melayad orang sakit, diajarkan berinfaq shadaqah, dan sebagainya.
Jangan mengatakan cinta pada anak, apabila orangtua masih mengurusi kebutuhan material anak, dan mengesampingkan kebutuhan non-materialnya. Jangan salahkan anak, jika di usia dewasa mereka justru meninggalkan orangtuanya. Tak peduli dengan orang tuanya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk menunjukan rasa cinta pada anak-anak kita. Seperti dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- berkata : “Nabi SAW mencium Hasan bin ‘Ali (cucunya Nabi), dan di sisi Nabi ada Al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah SAW pun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi.” (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318)
Saat anak bisa merasakan bahwa orangtuanya mencintai mereka, orangtuanya berjuang keras untuk kebahagiaan dunia-akhirat mereka, maka saat itulah anak akan tumbuh dan menjalani dinamika masalahnya dengan baik. Perilaku anak akan lebih terarah, sesuai harapan orangtuanya.
Berbagai masalah yang menerpa sang anak, bisa diselesaikannya sendiri. Anak memiliki energi untuk terus berjuang. Anak akan memiliki mimpi untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Anak akan terus bangkit saat terjatuh. Dahsyatnya efek cinta orangtua, saat dirasakan oleh anaknya