Sahabat melihat dan mendengar kabar duka, semuanya adalah renungan bagi manusia. Betapa Allah Swt sangat menyayangi hamba-hambaNya, agar megnambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa.
Kabar duka dari siapapun itu, sejatinya Allah Swt mengingatkan, bahwa kematian itu benar adanya, bahwa kematian itu deadline bagi manusia, bahwa sejauh apapun manusia lari tetap akan bertemu dengan kematian itu. Bahwa manusia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baik persiapan untuk bertemu denganNya, dzat yang sangat mencintai hambaNya dan dicintai hambaNya.
Bayangkan, jika yang sudah deadline adalah kekasih hati, pendamping sehidup semati, ayah dari anak-anak.
Tentu hati menjawab belum siap, tapi memang tak pernah ditanya sudah siap atau tidak. Nyatanya, ketika terjadi harus siap karena itu adalah bagian dari taqdir yang harus diimani sebagai Muslim. Bahwa apapun yang terjadi bagian taqdir hidup manusia dan pasti yang terbaik bagi manusia.
Lalu, apakah manusia sebagai istri misalnya, sudahkah benar-benar berbakti pada suami sang kekasih hati di sisa usia ini? Sudahkah melakukan hak dan kewajiban dengan sebaik-baiknya sesuai perintahNya, terlepas suami belum melakukan sepenuhnya hak dan kewajiban? Semua pasti berharap berpisah hanya dengan kematian, juga berharap dengan sebaik-baik perpisahan, husnul khotimah dan istri ta’at dengan sebaik-baik ta’at.
Maka tanda sayang Allah Swt pada hambaNya sering mengingatkan manusia, bukan hanya di dalam Al Qur’an saja . Namun di dalam hadis pun disampaikan:
Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabatnya, “Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu mati.” (HR at-Tirmidzi)
Bagi seorang mukmin cukuplah semua itu menjadi pengingat agar manusia mempersiapkan diri bertemu dengan deadline, yaitu kematian. Semoga saat deadline itu tiba, kembali padaNya dengan sebaik-baik kondisi, husnul khotimah.