Dikisahkan ada seorang
laki-laki yang rajin sekali beribadah. Setiap harinya ia tidak lupa untuk
menghabiskan waktunya untuk beribadah.
Sampai suatu hari, Ia dalam kondisi bimbang antara ragu dan yakin, apakah Sang
Pemilik Semesta benar-benar telah menjamin urusan rezeki semua makhluk di bumi.
Sampai akhirnya, Ia memutuskan untuk bepergian ke gurun pasir tanpa membawa bekal apapun. Ia merasa yakin bahwa Sang Pemilik Semesta akan memenuhi kebutuhannya, sebab Ia adalah Ar Rozzaq. Selain itu, Ia juga memantapkan hatinya untuk tidak akan meminta bantuan pada siapapun dan tidak akan mengerahkan dirinya sendiri untuk mencari makanan apapun.
Hingga tiba di gurun pasir, Ia mencari tempat untuk beristirahat. Ia berbaring di atas batu besar yang Ia temukan. Hembusan angin, rasa lelah, dan rasa lapar membuatnya tertidur di atas batu tersebut. Sang Pemilik Semesta kemudian mengutus para malaikat untuk menyamar menjadi sekelompok kafilah dan menemui laki-laki tersebut.
Sekelompok kafilah tersebut diutus oleh Sang Pemilik Semesta untuk memberikan Sang Ahli Ibadah beberapa makanan. Sekelompok kafilah terus memaksa Sang Ahli Ibadah makan, meskipun Sang Ahli Ibadah menolaknya. Sebab pemaksaan dari kafilah, Sang Ahli Ibadah memakan makanan dari kafilah tersebut dengan berurai air mata.
Di antara tetesan air mata tersebut, Sang Ahli Ibadah mengadu kepada Sang Pemilik Semesta
“Ya Allah, sungguh kini tiada keraguan walau setetes untuk meyakini bahwa Engkau telah menjamin semua rezeki ciptaanmu. Ampuni hamba-Mu yang hina dina ini karena telah berada di antara ragu dan yakin terhadap kemahakuasaan-Mu”.
Hal yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah jaminan rezeki seluruh makhluk di bumi dari Sang Pemilik Semesta, walaupun begitu bukan berarti meniadakan ikhtiyar. Dalam kasus ahli ibadah tersebut, keputusannya untuk pergi ke gurun pasir bukan untuk meninggalkan ikhtiyar, tetapi untuk meyakinkan hatinya yang sedang berada pada fase antara ragu dan yakin.