Ketika masih memiliki kekuatan, keamanan, kekayaan, kesehatan dan kebahagiaan biasanya di antara tabiat manusia itu lalai dalam beribadah kepada Allah bahkan terkadang juga bersikap sombong. Namun tidak saat ia ditimpa musibah.
Ketika ia mulai lemah, dalam bahaya, kekurangan, sakit dan kesusahan, mereka mulai mengingat Allah dalam segala keadaan dan merendahkan diri dengan penuh penghambaan.
Begitulah tabiat sebagian manusia, dan Allah Ta’ala juga telah mengabarkan tentang tabiat manusia dan kegundahannya apabila ditimpa kesusahan atau musibah. Namun ia kembali melupakan-Nya pada saat aman atau lapang.
Sebagaimana firman-Nya: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 12)
Dalam ayat di atas bermakna, di mana kebanyakan manusia jika ia ditimpa kesusahan atau musibah, ia pun pada saat itu memperbanyak doa, ia memohon kepada Allah agar kesusahan yang dialaminya segera dihilangkan, Ia berdoa baik pada saat berbaring, duduk atau pada saat berdiri, bahkan dalam setiap keadaannya.
Namun ketika Allah menghilangkan kesusahannya, ia kembali berpaling dan menjauh, seakan ia belum pernah ditimpa keburukan sedikit pun.
Maka jangan heran bila kita temui terkadang Allah menimpakan penyakit, musibah atau kesusahan kepada seseorang, hal itu agar ia sadar dan tidak merasa sombong lagi. meskipun demikian sebagian manusia tetap kembali lagi dalam ke lalaian setelah Allah hilang kesusahannya. Maka inilah manusia yg merugi karena ia tdk mengambil pelajaran untuk menjadi lebih baik.
Semoga hal ini menjadi renungan bagi kita semua, dan semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sikap sombong serta menautkan hati ketakwaan dalam keadaan apa pun.