Manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Bahkan dapat dikatakan tidak ada satu orang manusia pun di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun kesalahan itu.
Mulai dari Nabi Adam hingga anak cucu dan keturunannya sampai
saat sekarang, manusia akan tetap menjadi tempatnya salah dan lupa namun sebaik-baik manusia adalah mereka yang
mau dan berani untuk bertaubat.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW: Artinya: Setiap anak Adam
pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang
bertaubat (HR. At-Tirmidzi).
Sekalipun demikian, bukan berarti manusia mendapatkan legitimasi
untuk melakukan kesalahan dengan sewenang-wenang dan bukan pula harus pesimis
terhadap takdir Allah tersebut. Sebab rahmat Allah itu sangat luas dan dibalik
kesalahan manusia itu selalu ada hikmahnya. Baik kesalahan karena lupa atau
justru dilakukan dengan sengaja.
Sebab terkadang manusia harus mengetahui terlebih dahulu arti
kesalahan untuk memahami arti sebuah kebenaran. Sama halnya seperti mengalami
kesedihan untuk merasakan arti sebuah kebahagiaan, atau mengalami sakit untuk
merasakan betapa nikmatnya arti kesehatan.
Semua itu Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya manusia secara
silih berganti sebagai salah satu hikmah penciptaan segala sesuatu di alam
semesta ini
Allah SWT menciptakan makhluk-Nya bernama manusia dengan
sebaik-baik rupa (ahsani taqwim), bahkan Allah juga telah menganugerahkan
kepada manusia potensi yang sangat berharga berupa akal pikiran sehingga
manusia dapat membuat pilihan-pilihan terbaik bagi diri dan kehidupannya.
Allah SWT juga telah memberikan pilihan kepada manusia berupa
dua jalan, yaitu jalan fujur (kefasikan) dan jalan taqwa. Jalan fujur akan
mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang penuh siksa di akhirat (neraka),
sedangkan jalan taqwa akan mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dan
kenikmatan (surga). Manusia diberikan hak untuk memilih jalan mana yang akan ia
tempuh dan manusia harus siap untuk menerima konsekuensi dari pilihannya
tersebut.
Seseorang yang cerdas akalnya tentu saja akan enggan melakukan
dua kali kesalahan yang sama. Karena tidak ada yang lebih bodoh kecuali orang
yang melakukan kesalahan yang sama secara berulangkali. Ibarat orang yang
sedang berjalan, kemudian karena ketidak hati-hatiannya lalu terpesorok ke
dalam sebuah lobang, kemudian di waktu yang berbeda ia kembali terperosok pada
lobang yang sama.
Ini artinya orang tersebut tidak mempergunakan akal pikirannya
dengan baik dan tidak pula berinisiatif untuk mengambil pelajaran dari
kesalahan masa lalunya. Untuk itu, sekecil apapun kesalahan hendaklah dijadikan
sebagai bahan instrospeksi dan evaluasi diri agar menjadi lebih baik ke
depannya sekaligus sebagai jalan meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan
bahagia di akhirat. Inilah hikmah mengapa manusia menjadi tempatnya salah dan
lupa.
Wallahu a'lam