rumahyatimindonesia.com | Alkisah, seorang ayah untuk pertama kalinya mengajak anaknya yang berumur sepuluh tahun pergi berlibur ke daerah pegunungan. Tempat yang dituju itu ternyata sangat indah, berhawa sejuk, dan membawa suasana yang hening dan tentram. Banyak pohon menjulang tinggi di antara bukit-bukit dan pegunungan. Ayah dan anak itu berjalan-jalan menikmati eloknya pemandangan. Saking senengnya,sesekali bocah kecil itu melompat-lompat dan berlari lari kecil ke sana kemari.
Suatu ketika, karena kurang hati – hati saat berlari – larian, anak itu terpelincir jatuh, “aduhhhhh…! Teriaknya kesakitan. Dan sesaat hampir bersamaan, jelas terdengar suara “aduhhh..” berulang – ulang di sisi pegunungan. Anak itu terheran – heran, penasaran dan ingin tahu dari mana asal teriakan yang menirukan suaraanya tadi, si anak berteriak lagi dengan suara lebih keras.
“hai…. Siapa kamu…?
Sesaat kemudian,ia menerima jawaban yang hampir sama kerasnya, “ hai… siapa kamuuu……?”
Setelah itu, suasana kembali hening dan hanya desau angin yang terdengar. Anak kecil itu makin gusar karena hanya mendengar suaranya. Lalu dengan marah sekali ia berteriak sekeras –kerasanya, “ pengecut kamu…! Hai pengecut……tampakkan dirimu……!”
Dan sesaat kemudian ia pun langsung menerima jawaban yang sama nadanya, “ pengecut kamu…! Hai pengecut……tampakkan dirimu……!”
Dengan pandangan yang heran bercampur kesal, anak itu menatap ayahnya. “ayah, siapa orang yang iseng menirukan teriakan-teriakanku tadi? Mengapa semua teriakanku dia tiru sama persis? Tanya anak itu.
Ayahnya tersenyum bijak dan berkata,” Anakku, perhatikan baik- baik….” Kemudian, sang ayah berteriak dengan keras sekali kearah pegunungan, “ kamu hebat…!”terdengar jawaban bunyi yang sama kerasnya dan berulang. “kamu hebat…!
Melihat roman muka anaknya yang masih keheranan, lelaki itu kembali berteriak keras – keras,” kamu luar biasa…! Dan sama seperti teriakan –terikan sebelumnya yang diikuti dengan suara yang persis sama. “kamu luar biasa…!
Anak itu tetap saja keheranan sambil terus memandangi ayahnya. Tampak sekali ia tak sabar menunggu penejelasan ayahnya. Sang ayah pun berkata.” Wajar saja kau heran, anakku. Ini pengalaman pertamamu berada ditempat yang berbukit – bukit dan bergunung –gunung. Orang menyebut suara yang memantul balik tadi sebagai GEMA. Itulah pantulan suara.”
Sang ayah melanjutakan penjelasannya. “ sama dengan gema tadi, anakku. Kehiudupan ini juga akan selalu memantulkan kembali apapun yang kita berikan kepadanya. Maksudnya,apa pun yang telah kita pikirkan, katakan, dan lakukan, maka akan seperti itu pula hasil yang kita dapat. Jika setiap saat kita berfikir positif, mengucapkan kata – kata bijak, selalu berbuat kebaikan, rajin belajar dan berdisiplin, maka kehidupan akan memberikan kembali semua itu kepada kita, bahkan seringkali lebih bahkan beulang-ulang kembalinya kepada kita.
Dan, si anak pun mengangguk –anggukan kepalanya, tanda ia memahaminya.
” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan ”. (Al Qur’an surat 45. Al Jaatsiyah ayat 15)
” Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya ” (Al Qur’an surat 41. Fushshilat ayat 46)
” Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al Qur’an surat 43. Az Zukhruf ayat 76)
Sahabat semua yang dimuliakan Allah SWT, bahwa ternyata hidup kita adalah PANTULAN dari apa yang kita pikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan. Jika kita selalu berpikir negative, penuh kekhwatiran, dan kecurigaan, maka kehidupan akan memberi reaksi yang sama negatifnya pada kita. Lingkungan atau orang – orang di sekitar kita pun akan terabawa atau ikut terpengaruh untuk menjadi berperilaku negative, penuh kecurigaan, dan tidak mau percaya pada kita. Dampaknya kehidupan kita bisa dirusak oleh sebab –sebab yang kita munculkan tadi.
Sebalikanya, jika kita senantiasa memiliki hati yang penuh kasih,berpikir positif, mengucapkan kata – kata yang positif pula serta berperilaku baik kepada siapa saja, maka kehidupan akan memberikan reaksi yang sama positifnya. Hidup kita pun akan dikelilingi oleh orang-orang yang penuh kasih, berpikiran positif dan tentu saja banyak kebaikan akan mendatangi kita.
Perinsip di atas sejalan dengan kata mutira ” hidup akan memberikan kembali apa yang kita berikan ”. Dalam kehidupan ini, kesuksesan hari ini tidak tercipta oleh karena kebetulan atau keberuntungan semata. Setiap keberhasilan dalam bidang apa pun, pastilah terwujud karena akumulasi dari usaha – usaha yang pernah kita lakukan sebelumnya. Begitulah makna “ apa yang kita berikan itulah yang akan kita dapatkan ”.
Maka baik buruknya kehidupan kita sesungguhnya berada dalam kendali hati, pikiran, ucapan dan perbuatan kita itu sendiri. Bahwa lingkungan atau orang lain berpengaruh pada kehidupan kita itu benar. Tetapi kehidupan kita sama sekali tidak ditentukan oleh orang lain. Sebab, kita memiliki hak dan kekuatan untuk menentukan pilihan.