rumahyatimindonesia.com | Mungkin akan sia-sia semua usaha kita kalau hanya untuk hidup di dunia ini. Terlalu mahal biaya yang harus kita bayar. Terlalu besar tenaga yang harus kita keluarkan kalau kita didik anak-anak kita menjadi manusia cerdas hanya untuk pandai mencari nafkah.
Alangkah panjang masa mereka belajar sejak play group hingga jenjang S-3 untuk hidup yang amat pendek . jika mereka mampu menyelesaikan doktor pada usia 30 tahun sementara Allah mengaruniakan kepada mereka usia rata-rata 60 tahun, berarti belajar satu hari untuk dapat bekerja mencari nafkah satu hari. Sementara menikmatinya Cuma beberapa jam. Itu pun banyak yang tidak sempat menikmati.
Demi masa, Sungguh kita sangat merugi kalau kita didik anak-anak kita dengan sekian banyak kursus dan keterampilan hanya agar masa depan mereka cerah, dan memperoleh pekerjaan yang membanggakan. Apalagi kalau anak-anak itu ternyata sebelum sempat meraih masa depan, Allah sudah memanggilnya. Sungguh, kerugian yang berlipat-lipat bagi kita. Di dunia kita hanya mendapatkan sesuatu uang tak seberapa sementara di akhirat kita hanya meratap dengan penuh kekecewaan.
Sudah banyak contoh yang terbentang di hadapan kita tentang betapa sia-sianya kita mendidik anak jika hanya untuk memperoleh dunia. Ada orangtua yang harus pingsan karena anaknya menjadi jenazah saat mengikuti Ospek di kampusnya. Sementara di tempat lain ada yang tak sanggup menahan airmata duka karena anaknya yang baru lulus dengan predikat cum laude, sudah harus diusung jenazahnya oleh para pelayat.
Ayah ..... ibu........ jangan biarkan ruhaniku gersang, jiwaku lemah karena begitu beratnya beban harapan duniamu padaku, aku butuh ceritamu tentang kebesaran Tuhan, tentang indahnya Al-Quran, tentang planning sukses akhir hayat kita dan tentang pertemuan Agung kita kelak di Alam Akhirat yang lebih menjanjikan.